Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Pas rasanya untuk menggambarkan keanekaragaman tradisi daerah yang ada di Indonesia.
Jangan kaget, jika menemukan atau berhadapan dengan tradisi yang berbeda. Termasuk tradisi membalas dan atau harus mengembalikan "isi amplop" acara pernikahan.
Bukan tanpa sebab, penulis mengalami sendiri peristiwa yang sangat berbeda berkaitan dengan kebiasaan menghadiri acara pernikahan. Khususnya harus mengembalikan "isi amplop" acara pernikahan.
Di tanah kelahiran penulis (Banyuwangi), orang akan datang ke acara pernikahan jika terlebih dahulu menerima undangan. Saat menghadiri undangan, tentu ada "isi amplop" sebagai tanda "hadir" di acara sakral tersebut.
Bagaimana jika tidak diundang? Padahal orang yang menggelar hajatan pernikahan pernah datang ke acara pernikahan Anda? Di tanah kelahiran penulis, tidak ada ketentuan tertulis untuk datang dan mengembalikan "isi amplop" sesuai nominal yang ada dalam "amplop" jika tidak diundang dalam acara pernikahan.
Bahkan, rasanya sangat riskan untuk datang ke hajatan pernikahan tanpa diundang. Baik dengan media "undangan resmi" atau hanya sekedar "undangan lisan". Rasanya seperti lagu "Tamu Tak Diundang".
Fakta di atas, tidak berlaku di beberapa daerah yang ada di Indonesia. Ada sebagian daerah yang seakan sudah mentradisi, jika seseorang telah menghadiri hajatan pernikahan maka harus membalas kehadirannya beserta "isi amplop" yang pernah mereka "investasikan".
Bagaimana jika tidak menghadiri, meskipun tidak diundang baik secara "resmi" maupun "tidak resmi"? Jangan kaget jika akan kedatangan tamu istimewa. Tamu dari pihak penyelenggara hajatan pernikahan. Kedatangan mereka lebih pada niat untuk menagih "isi amplop".
Mereka akan datang bertamu hingga "isi amplop" dikembalikan sesuai angka nominal yang dahulu pernah mereka "investasikan" saat menghadiri acara pernikahan Anda. Sangat beda dan unik khan? Bahkan mungkin "terasa lucu".
Itulah tradisi yang ada di masyarakat dengan latar budaya multi ragam. Memang beda dan terkesan lucu. Tetapi, bagaimanapun kita hidup di lingkungan yang berbeda dan ada penyesuaian tradisi yang harus dimaklumi.
Bagaimana? Apakah di daerah lainnya juga terjadi? Ataukah dianggap sesuatu yang lucu. Bahkan tidak ada tradisi harus mengembalikan "isi amplop" jika tidak diundang di acara pernikahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H