Perjalanan pergi dan balik dari Rest Area ke Terowongan Mrawan dan menyusuri Kampung Perkebunan Zaman Belanda di Gumitir membutuhkan waktu sekitar 45 menit. Waktu tempuh yang cukup lama menikmati wisata heritage (wisata sejarah).
Cukup dengan membayar tiket 30 ribu rupiah/orang, perjalanan terasa begitu mengesankan. Melewati jalan makadam menuruni perbukitan dengan pemandangan alam perkebunan kopi robusta yang menyejukkan dan memanjakan mata.
Sampai di titik paling dekat ke Terowongan Mrawan, kereta api mini berhenti dan memberi kesempatan penumpang untuk turun lebih dekat menuju pintu masuk barat Terowongan Mrawan.
Penumpang kereta api Jember-Banyuwangi atau sebaliknya pasti merasakan sensasi melewati jalur gelap ini. Merasakan raungan roda kereta api berbaur getaran rangkaian gerbong dan klakson yang seakan tak henti dibunyikan masinis.
Memiliki panjang 690 meter yang membelah perbukitan, Terowongan Mrawan dibangun tahun 1901-1902 dan selesai tahun 1910 oleh Staatsspoorwegen (SS), perusahaan kereta api Hindia Belanda. Masih jelas tertulis di pintu masuk terowongan.
Letak terowongan ini berdekatan dengan Stasiun Mrawan. Memiliki pemandangan alam yang sangat indah. Sangat cocok untuk latar foto nan instagramable
Dibutuhkan cukup tenaga dan nyali menuruni jalan setapak menuju titik terdekat pintu barat Terowongan Mrawan. Tetapi, perjuangan yang tidak seberapa berat akan terbayar lunas dengan spot foto unik dan mengesankan khas zaman baheula.
Selepas berfoto ria di pintu masuk barat Terowongan Mrawan, penumpang akan disuguhi perjalanan mengesankan. Membelah Kampung Perkebunan Hindia Belanda di Gumitir.
Keasrian dan keaslian perkampungan yang terjaga sejak zaman penjajahan Hindia Belanda seakan membawa para penumpang ke zaman penjajahan. Rumah-rumah petak para pekerja, pabrik pengolahan kopi, dan rumah pejabat administratur perkebunan tetap dibiarkan bernuansa kekunoan. Sangat unik dan ikonik.