Mohon tunggu...
ARIF R. SALEH
ARIF R. SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Berhasil Menawar dengan Harga Murah

27 April 2022   13:14 Diperbarui: 27 April 2022   13:20 1095
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Melihat langsung kualitas barang. Sumber: iStock/wolipop.detik.com

Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah tinggal menghitung hari. Saat yang sangat ditunggu dan identik dengan merayakan kemenangan setelah beribadah penuh di bulan Ramadan nan agung.

Menjelang lebaran, umat Islam tumpah ruah di pusat-pusat perbelanjaan. Berburu pakaian baru dan pernak-pernik kebutuhan hari raya dan persiapan mudik.

Kebutuhan pakaian baru bagi umat Islam di saat lebaran adalah hal wajar. Berbagi kesenangan dan kemeriahan bersama sanak saudara, teman, dan para tetangga. Apalagi dapat melepas kangen di tanah kelahiran.

Untuk memenuhi keinginan memiliki pakaian baru, banyak cara yang dapat dilakukan di zaman yang semakin canggih ini. Bisa dengan cara online maupun offline.

Marketplace menjadi rujukan bagi yang menguasai teknologi dan didukung sarana nan mumpuni. Tetapi, harus pandai mencari rujukan dan menggali informasi pembanding agar tidak kecewa.

Belanja kebutuhan lebaran secara online, bukan jaminan mendapatkan barang bagus sesuai harga. Terkadang apa yang terpampang di foto situs belanja online, berbeda jauh setelah sampai di tangan pembeli.

Jangan sampai kecewa. Sumber: RobinHiggins on pixabay.com
Jangan sampai kecewa. Sumber: RobinHiggins on pixabay.com

Alhasil, kekecewaan terkadang dirasakan. Bisa jadi menjelma opini lebih baik belanja offline meskipun butuh perjuangan jalan kaki dari toko ke toko, swalayan ke swalayan, maupun berkeliling pasar tradisional.

Belanja pakaian kebutuhan lebaran di swalayan atau supermarket, harus menyesuaikan ketersediaan dana di dompet dengan harga yang tertera. Sebab harga sudah dipatok oleh penjual dan tidak bisa ditawar.

Sedangkan belanja pakaian kebutuhan lebaran di pasar tradisional jelas bisa ditawar. Hanya dibutuhkan keberanian dan teknik menawar yang tidak menyinggung perasaan penjual.

Hari ini, penulis mencoba membandingkan kualitas dan harga kebutuhan celana anak. Di supermarket, celana anak yang cukup berkualitas harganya rata-rata 100 ribu rupiah lebih.

Penasaran saja untuk bisa membandingkan di pasar tradisional, penulis datangi pasar tradisional yang ramai diburu pembeli menjelang lebaran.

Pasar tradisional justru lebih ramai dan jalanan lebih macet. Ini artinya, masih banyak masyarakat yang berburu kebutuhan lebaran secara offline di pasar tradisional.

Kelebihan bisa melihat langsung kualitas barang dan tawar-menawar antara penjual dengan pembeli tampaknya masih menjadi magnet pasar tradisional diserbu pembeli.

Melihat langsung kualitas barang. Sumber: iStock/wolipop.detik.com
Melihat langsung kualitas barang. Sumber: iStock/wolipop.detik.com

Setelah mengamati beberapa kualitas celana anak di gerai "Pak Haji", penulis mulai bertanya harga sepotong celana. Penjual mematok harga 160 ribu rupiah.

Berbekal jurus tawar-menawar dari sesama pedagang di tempat lain, penulis menawar di harga 60 ribu rupiah. Ternyata harga langsung meluncur turun ke angka 90 ribu rupiah.

Terjadi fluktuasi harga dalam proses tawar-menawar. Pada akhirnya penjual bertahan di harga 80 ribu rupiah. Sedangkan penulis bertahan di harga 70 ribu rupiah dengan mempertimbangan kualitas celana anak.      

Karena tidak ada kesepakatan harga, penulis bergeser ke lapak pedagang pakaian lainnya. Di pojok utara terlihat banyak macam pakaian anak.

Sama dengan gerai "Pak Haji", lapak pojok utara juga terdapat celana anak yang sama persis merk dan kualitasnya dengan yang di gerai "Pak Haji".

Setelah tanya harga, penjual mematok lebih tinggi di angka 180 ribu rupiah. Penulis sudah punya bekal perbandingan harga dan kualitas, awal menawar tetap di angka 60 ribu rupiah.

Meskipun cukup alot dalam proses kesepakatan harga, akhirnya disepakati harga celana anak 70 ribu rupiah. Jadilah penulis membeli langsung 2 celana anak yang merk dan kualitasnya sama.

Saat ditawari baju lainnya, penulis menyampaikan terima kasih karena sudah membeli secara online. Meskipun kualitasnya mengecewakan dan tidak sebanding dengan harga yang dipatok.   

Wasana Kata

Belanja di pasar tradisional masih diburu oleh masyarakat. Tetapi, dibutuhkan teknik dan pengetahuan tawar menawar barang yang ingin dibeli. Contohnya celana anak yang dibeli penulis dipatok oleh penjual 180 ribu rupiah, bisa didapat dengan harga murah 70 ribu rupiah saja. Lumayan hemat dan murah.

Begitupun belanja kebutuhan lebaran online, perlu membaca dulu komentar para pembeli. Jangan hanya tergiur harga yang cukup terjangkau dan penampakan iklan foto yang menggiurkan. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun