Hari ini, penulis mencoba membandingkan kualitas dan harga kebutuhan celana anak. Di supermarket, celana anak yang cukup berkualitas harganya rata-rata 100 ribu rupiah lebih.
Penasaran saja untuk bisa membandingkan di pasar tradisional, penulis datangi pasar tradisional yang ramai diburu pembeli menjelang lebaran.
Pasar tradisional justru lebih ramai dan jalanan lebih macet. Ini artinya, masih banyak masyarakat yang berburu kebutuhan lebaran secara offline di pasar tradisional.
Kelebihan bisa melihat langsung kualitas barang dan tawar-menawar antara penjual dengan pembeli tampaknya masih menjadi magnet pasar tradisional diserbu pembeli.
Setelah mengamati beberapa kualitas celana anak di gerai "Pak Haji", penulis mulai bertanya harga sepotong celana. Penjual mematok harga 160 ribu rupiah.
Berbekal jurus tawar-menawar dari sesama pedagang di tempat lain, penulis menawar di harga 60 ribu rupiah. Ternyata harga langsung meluncur turun ke angka 90 ribu rupiah.
Terjadi fluktuasi harga dalam proses tawar-menawar. Pada akhirnya penjual bertahan di harga 80 ribu rupiah. Sedangkan penulis bertahan di harga 70 ribu rupiah dengan mempertimbangan kualitas celana anak. Â Â Â
Karena tidak ada kesepakatan harga, penulis bergeser ke lapak pedagang pakaian lainnya. Di pojok utara terlihat banyak macam pakaian anak.
Sama dengan gerai "Pak Haji", lapak pojok utara juga terdapat celana anak yang sama persis merk dan kualitasnya dengan yang di gerai "Pak Haji".
Setelah tanya harga, penjual mematok lebih tinggi di angka 180 ribu rupiah. Penulis sudah punya bekal perbandingan harga dan kualitas, awal menawar tetap di angka 60 ribu rupiah.