Merangsek dari urutan belakang dan papan tengah untuk "berusaha" merebut posisi teratas dan keluar sebagai "juara" di mata para penggemarnya yang fanatik dan pencinta MotoGP.
Perlu pembuktian lebih lanjut bagi Enea Bastianini untuk dapat disejajarkan dengan "The Doctor". Di ajang balap paling bergengsi Grand Prix Sepeda Motor, meliuk, menyalip, membabat banyak lawan dan keluar sebagai juara adalah tontonan yang selalu dinantikan dan diidolakan.
Gaya balap Enea Bastianini, pernah mengecat rambutnya berwarna bendera Italia saat selebrasi, pernah menolak pinangan Valentino Rossi membela Sky Racing VR46 di tahun 2015, dan mungkin tingkah konyol lainnya yang "mirip" Valentino Rossi, akankah dapat membentuk diri sebagai idola baru yang mampu mempopulerkan MotoGP di mata dunia? Sejarah dan waktu yang akan membuktikan.
Jika prestasi balap "The Beast" konsisten dan mampu melampaui "The Doctor", mungkin saja akan menjadi idola baru ajang MotoGP. Terpenting, tetap mampu mempopulerkan MotoGP di mata dunia. Seperti pencapaian tertinggi "The Doctor" sejak usia muda hingga mampu memiliki jutaan penggemar fanatik di seluruh dunia.
Apapun bisa terjadi. Subyektifitas dan obyektifitas pasti memainkan peran dalam membentuk karakter seseorang, termasuk kiprah Enea Bastianini di ajang balap MotoGP.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H