Eksistensi musik metal tidak selamanya identik dengan maskulinitas dan kejantanan. Hanya bicara tentang ketidakadilan, pemberontakan, bahkan kebrutalan.
Demikian juga elemen musik bukan sekedar distorsi Gitar yang sangat kuat, solo gitar panjang, ketukan cepat, baik di semua instrumentasi alat musiknya. Sarat "guitar-wars" seru, duel riff dan melodi yang intrikatif sekaligus infeksius dan epik.
Mereka hadir di tengah intrik politik dan perang yang tak pernah usai. Menghadirkan kritik sosial dalam balutan lagu bertema perang.
Band metal seperti Black Sabbath, Iron Maiden, Megadeth, dan lainnya hadir dengan lagu tema perang. Demikian juga Avenged Sevenfold, Gun N' Roses, dan Metallica punya andil mengkritik perang dalam lagu Danger Line, Civil War, dan One.
Danger Line dan Civil War berkisah tentang medan terdepan pertempuran. Perjuangan prajurit berhadapan dengan maut dan kisah akhir mereka melepas nyawa satu-satunya. Membunuh atau terbunuh adalah jalan takdir yang harus dihadapi.
Kehilangan, kental tergambar dari orang-orang yang paling disayangi, dari orang-orang yang paling dicintai. Ini yang ditangkap Avenged Sevenfold dan Gun N' Roses.
Metallica lewat lagu One, mampu mengangkat penderitaan seorang prajurit bernama Joe Bonham. Gegara perang, Joe harus kehilangan jalan hidupnya.
Hanya otak yang masih hidup dirasakan oleh Joe. Lewat sandi "Morse" dalam ketidakberdayaannya, Joe berusaha lepas dari neraka hidup yang ia rasakan.
Bayangkan seandainya pembaca yang budiman menjadi sosok Joe Bonham. Tergolek lemah dalam rasa sakit yang amat sangat akibat perang. Dan hanya otak yang masih hidup.
Pesan moral jelas mengemuka dari karya musik metal tema perang. Sebab perang, apapun dalihnya hanya mendatangkan kehilangan, penderitaaan, dan kehancuran. Tergambar jelas dalam lagu Danger Line, Civil War, One, dan lainnya.
Inilah sumbangsih musik metal bagi kemanusiaan. Membuka mata hati dan telinga manusia bertema perang dengan karya lagu-lagu mereka yang melegenda. Â Â