Mohon tunggu...
ARIF R. SALEH
ARIF R. SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menantang Puisi Anarki di Negeri Kolaborasi

23 Agustus 2021   17:23 Diperbarui: 23 Agustus 2021   17:45 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gara-gara "Puisi Anarkis" Kolaborasi Kenthir Kompasianer, matahari yang tiba-tiba ngantuk berat di siang bolong, nggak jadi tiduran.

Alhasil, hawa panas kembali menguar. Menelusup ke dalam celah kandang Gang Sapi. Satu-satunya gang kontemplatif. Tempat Engkong menanak inspirasi. Mengadu nasib pada aksara-aksara bisu.

Ditemani segelas air mata sapi jantan yang selalu diperas susunya oleh Engkong, sifat kenthir Engkong kembali menggulma di jagat WAG Kompasianer yang sedang ngopi bareng.

Jadilah hawa panas menyusup di telinga-telinga Kompasianer. Saling mengompori untuk memulai kolaborasi. Mencipta kembali puisi.

Mbak Aliz rupanya paling tidak tahan untuk merayu, meskipun sebenarnya sifatnya jauh dari pilu hati, apalagi rawan hati.

"Ada kenangan, tenggelam dalam secangkir rindu, memunguti serpihan-serpihan hati, masih menggelegak dalam hening waktu".

Lahir dengan tiba-tiba. Tanpa diduga menghadirkan sketsa rindu. Mengais ceruk-ceruk rindu yang telah tanggal dalam sepotong kenangan.

Karya kolaborasi, memang butuh mak comblang. Tetapi, kadang susah untuk bisa merangkai karya dalam satu bingkai utuh.

Kendala yang sering muncul adanya keluhan-keluhan. Belum ada inspirasi, terlalu berat menggali dan menangkap gagasan, juga berbagai alasan kesibukan klasik seperti sibuk memeras susu sapi jantan yang tak masuk akal.

"Dulu. Hanya kata dulu yang selalu mengiringi hati di ruang tunggu yang kusebut rindu".

Akhirnya mampu juga menetas. Meskipun butuh pasang surut hentakan untuk memecahkan diri dari sebutir telur di genggaman Mbak Aliz.

"Jejak rindu di sepenggal kisah. Dalam irama lagu yang membuncah. Mencipta cinta yang gelisah".

Tiba-tiba menggelinding dari mulut gua peradaban. Terpendam jutaan tahun dan baru dapat diungkit oleh Om Wuri Handoko.

"Saat kau tuang resah yang tak bertepi. Diriku larut dalam sepi. Menikmati percikan patah hati. Kaku. Mencumbui bayanganmu".

Mengalir seperti cerita sebatang kayu kering di tanah nan gersang. Seiring bayangan masa lalu Om Indra Rahardian yang selalu datang menghampiri, di kala sendiri.

"Bintang ingin menyepi. Karena bulan taktahu diri. Pada malam kau katakan. Serahkan semuanya pada hujan".

Hujan, menadah kenangan tak terlupakan. Saat bintang dalam pelukan rembulan yang hanya sesaat. Mampu dilukiskan dengan indah dari negeri Paman Sam oleh Mbak Widz Stoop.

"Jangan tanya pada hujan. Mengapa ia begitu setia dan tabah merahasiakan keresahan. Jangan pernah meminta pada angin. Agar ia  hembuskan nafas rindu hingga sampai pada pelataran hatimu".

Ratu Dapur (Mbak Nazarotin) tiba-taba menelikung tempat terindah Mbak Dini dan Mbak Ayu. Merayu angin yang kadang nakal menyampaikan pesan, dari lubuk hati yang telah dangkal.

"Kini. Rindu terpenggal sebuah kisah semu. Resah pasti ada. Meski tahu senja masih menyimpan rindu".

Dari tepian telaga, Mbak Apriani Dini menabalkan keresahan senja. Tetapi, semua tinggal kenangan, dan hanya sebatas lamunan yang telah lalu.

"Lihatlah asmaraku. Betapa kejam inginmu mendulang rindu. Yang kau titipkan bersama sendu. Mengecup ucap ragu pada rintih hujan warna kelabu".

Mbak Ayu Diahastuti. Wanita yang mengaku bukan siapa-siapa (Ordinary People), melepas cinta tulusnya pada kisah hujan. Dan hanya hujan yang mau memahami makna rindu di hatinya.

"Namun, perlu diingat, cinta bukan sekadar luapan rasa. Tapi juga harus bisa saling membaca hati. Agar dalam meniti hari, rindu tak mudah berpaling. Hilang dan pergi".

Ayah Tuah. Kebijakan melekat pada namanya. Selalu mengingatkan hitam putih kehidupan. Menimbang dan meletakkan makna cinta sesuai porsinya.

"Lenyapnya rindu beserta angin buritan. Membawa kabar baik. Engkau hadir. Ketika senja merayap".

Senja, selalu membelah sisi berbeda bagi Mbak Esterina Purba. Melukis indahnya kebersamaan, dalam pelukan cinta yang sesungguhnya.

"Aku tidak perlu omong kosong tentang rindu. Dan tidak ingin terlalu  lama menunggu. Hanya ingin memelukmu. Sehingga takada yang melukaimu".

"Aku pun takingin omong kosong tentang  cinta. Cintaku bukan kata-kata. Tetapi menjagamu dalam segala rasa dan masa".

Bagi Om Katedrarajawen. Rindu adalah penegasan tentang makna cinta. Bukan sebatas omong kosong. Baginya, cinta janganlah saling melukai dan abadi sepanjang masa.

Bukankah begitu?...

Jangan dijawab dulu. Masih ada Om Rudy Gunawan di depan pintu. Sepertinya sekedar ingin bertanya,"Di mana Engkong berada?".

Yaelah. Biasalah, Engkong masih sibuk memeras susu sapi jantan di kandangnya sono. Dan hanya titip pesan nyumbang titik saja di kolaborasi puisi kali ini.

Puisi: Tak Mudah Berpaling

Ada kenangan, tenggelam dalam secangkir rindu, memunguti serpihan-serpihan hati, masih menggelegak dalam hening waktu.

Dulu. Hanya kata dulu yang selalu mengiringi hati di ruang tunggu yang kusebut rindu.

Jejak rindu di sepenggal kisah. Dalam irama lagu yang membuncah. Mencipta cinta yang gelisah.

Saat kau tuang resah yang tak bertepi. Diriku larut dalam sepi. Menikmati percikan patah hati. Kaku. Mencumbui bayanganmu.

Bintang ingin menyepi. Karena bulan taktahu diri. Pada malam kau katakan. Serahkan semuanya pada hujan.

Jangan tanya pada hujan. Mengapa ia begitu setia dan tabah merahasiakan keresahan. Jangan pernah meminta pada angin. Agar ia  hembuskan nafas rindu hingga sampai pada pelataran hatimu.

Kini. Rindu terpenggal sebuah kisah semu. Resah pasti ada. Meski tau senja masih menyimpan rindu.

Lihatlah asmaraku. Betapa kejam inginmu mendulang rindu. Yang kau titipkan bersama sendu. Mengecup ucap ragu pada rintih hujan warna kelabu.

Namun, perlu diingat, cinta bukan sekadar luapan rasa. Tapi juga harus bisa saling membaca hati. Agar dalam meniti hari, rindu tak mudah berpaling. Hilang dan pergi.

Lenyapnya rindu beserta angin buritan. Membawa kabar baik. Engkau hadir. Ketika senja merayap.

Aku tidak perlu omong kosong tentang rindu. Dan tidak ingin terlalu  lama menunggu. Hanya ingin memelukmu. Sehingga takada yang melukaimu.

Aku pun takingin omong kosong tentang  cinta. Cintaku bukan kata-kata. Tetapi menjagamu dalam segala rasa dan masa.

 

Titik!

ttd - Engkong!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun