Ada banyak tumpuan. Saat tembang-tembang kehidupan perlahan bersimpuh. Dan deretan do'a, begitu lirih terdengar di antara kering air mata.
Awan-awan hitam masih betah bergelantungan dan gentayangan. Sedangkan kicau parau gagak-gagak hitam, mulai gesit menyusup ke tengah palagan.
Dari lima tanah raya, perbandingan-perbandingan berkemandang. Fakta-fakta digelar tanpa papan. Sebab arus permulaan, berhadapan dengan batas-batas kebebalan.
Kemerdekaan, masih sebatas harapan. Dan pertempuran demi pertempuran, trengginas menebas ketakutan. Menebas kekalutan. Menebas keterkungkungan.
Tetapi, satu kepalan tangan...
Kembali, meruntuhkan harapan-harapan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H