Program Vaksinasi Anak Usia 12-17 Tahun di bawah kendali Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
Legalitas program melalui Surat Edaran percepatan vaksinasi COVID-19 bagi kepala dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota. Tertuang dalam Surat Edaran nomor HK.02.02/I/1727/2021 tentang Vaksinasi Tahap 3 bagi Masyarakat Rentan, Masyarakat Umum Lainnya, dan Anak Usia 12-17 tahun.
Dikutip dari laman sehatnegeriku.kemkes.go.id, program vaksinasi anak usia 12-17 tahun berdasarkan pertimbangan kasus terkonfirmasi Covid-19 pada akhir Juli 2021 menyentuh angka 2 juta lebih. Sedangkan 108 ribu kasus berada pada rentang usia 12-17 tahun.
Lebih lanjut, tercatat dari jumlah 108 ribu kasus, lebih dari 600 anak usia 0-18 tahun meninggal. Sejumlah 197 anak di antaranya berumur 12-17 tahun dengan angka Case Fatality Rate pada kelompok usia tersebut adalah 0,18%.
Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan dan Kanwil/Kantor Kemenag di daerah melakukan koordinasi untuk mempermudah pendataan dan monitoring pelaksanaan.
Bekerjasama dengan pihak sekolah/madrasah/pesantren, dinas kesehatan di daerah berupaya memaksimalkan percepatan keterlaksanaan vaksinasi bagi anak usia 12-17 tahun.
Tindak Lanjut di Lembaga Sekolah
Pagi ini sekolah berusaha menjaring peserta "Program Vaksinasi Anak Usia 12-17 Tahun". Program menyasar anak yang secara fisik masuk kategori remaja.
Tahap sosialisasi mengawali program vaksinasi. Tahap ini penting dilakukan mengingat minimnya pemahaman masyarakat tentang Covid-19.
Masih banyak masyarakat tidak percaya adanya Covid-19. Banyak juga masyarakat yang tidak patuh protokol kesehatan.
Masifnya penyebaran varian Covid-19 dan banyaknya jatuh korban sebetulnya momentum untuk menumbuhkan kesadaran pentingnya vaksinasi. Tetapi, tidak semudah yang digambarkan.
Berita hoaks "vaksin Covid-19 menimbulkan kematian" juga menyebar masif di berbagai media. Menjadi santapan yang mudah dikunyah dan dinikmati oleh masyarakat.
Akibatnya, sebagian besar masyarakat menolak vaksinasi anak usia 12-17 tahun. Termasuk saat sekolah melakukan sosialisasi dan menjaring peserta program vaksinasi.
Saat dilakukan sosialisasi rupanya ada "Bu Tejo" di tengah peserta yang dihadiri orang tua siswa. Selain sosialisasi, kegiatan lebih ditekankan izin orang tua yang merupakan kunci keberhasilan anak mau divaksin.
Pada sesi tanya jawab, "Bu Tejo" dengan lantang mempertanyakan,"Siapa yang bertanggung jawab jika ada anak yang setelah divaksin mati?"
Pihak sekolah menanggapi hanya memfasilitasi dan menegaskan bahwa vaksin justru menghindari kematian dan atau kondisi lebih parah yang disebabkan terpapar Covid-19.
Baca Juga:Â Mati Divaksin Covid-19? Ini Faktanya!Â
Jika saja vaksinasi menyebabkan kematian, jelas dari 20 juta lebih yang sudah divaksin hingga tahap-2, menimbulkan kematian dalam jumlah banyak. Nyatanya? Tidak terbukti.
Pengaruh Kuat "Bu Tejo"
Dengan semangat "Bu Tejo" mengepalkan tangan,"Bapak dan Ibu harus kompak!. Kita kompak menolak vaksin. Setuju!"
Nampaknya, skenario sudah disetting ala "Bu Tejo". Sebagian besar wali siswa yang hadir kompak menjawab,"Setuju!".
Sekolah masih berupaya meyakinkan,"Jika masih ada keraguan, kami siap mengundang perwakilan 2 wali siswa tiap kelas untuk dipertemukan dengan petugas dinas kesehatan dan Satgas Covid-19. Bagaimana?".
Suasana hening dan tidak ada satupun wali siswa yang hadir menjawab. Akhirnya, diputuskan menandatangani Surat Pernyataan "Bersedia Divaksin" dan "Tidak Bersedia Divaksin".
Pengaruh "Bu Tejo" terlihat jelas. Dari 4 kelas wali siswa yang diundang, tiap kelas hanya mampu menjaring antara 3 sampai 6 siswa yang mau divaksin.
Jurus Ngeles "Bu Tejo"
Penulis mendekati "Bu Tejo" dan menyampaikan,"Bu Tejo nanti dimohon hadir saat sosialisasi dengan petugas dari dinas kesehatan dan Satgas Covid-19. Jangan takut, Ibu bebas mengeluarkan pendapat dan sepuasnya bertanya".
Jawab Bu Tejo,"Ndak Pak. Cukup di sini saja". Lalu cepat-cepat ngeloyor pulang. Nah... Mirip sinetron khan?... ataukah, film pendek?... Â Â Â Â Â Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI