Sayang, pada saat dikontrak oleh penulis untuk memperkuat tim lokal, ekspektasi yang diharapkan tidak sesuai kenyataan.
Penampilannya melempem (tidak agresif) dan kelihatan sangat malas mengocek bola apalagi berusaha menjebol gawang lawan.
Setelah diselidiki, ternyata dia sudah menerima sogok (uang suap) dari tim lawan. Kebiasaan ini sudah melekat pada karakter dirinya dan mulai sering diperbincangkan.
Akibat dari kelakuannya sendiri, pemain ini tidak berkembang sebagai atlet profesional. Bahkan kelakuan yang kurang sportif ini telah membunuh talenta dirinya sendiri.
Wasana Kata
Bercita-cita menjadi atlet profesional? Sangat baik, dan tentu dapat mengharumkan nama keluarga, daerah, negara dan bangsanya.
Tetapi perlu diingat dan digarisbawahi, jangan sekali-kali menghancurkan reputasi diri sebagai atlet dengan mudah menerima sogok (uang suap).
Sekali reputasi sebagai atlet dinilai negatif, maka kehancuran nama baik diri, keluarga, daerah, dan bahkan negara maupun bangsanya akan ikut tercoreng, khususnya di prestasi olahraga. Â
Jadilah atlet profesional seperti Hendro Kartiko dan lainnya. Contoh perjuangan gigih dan karakter diri mereka meniti tangga prestasi dari bawah. Â
Talenta, postur ideal (relatif), kerja keras, karakter diri yang kuat mampu membawa ke puncak prestasi. Mengharumkan nama diri, keluarga, daerah, bangsa dan negara.
Sekian dan semoga bermanfaat. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H