Malam katamu buta. Kubuat tanda tanya. Kuletakkan di selembar angka berharga.
Engkau menggeleng dan menghilang di ujung jalan. Menemui titik-titik air kesedihan yang masih kau titipkan di pinggiran kedamaian.
Siang ini kita ke arah utara. Memutari kebutaan yang hampir kau seduh di batas malam. Menyusuri kesepian yang dititipkan matahari pada redupnya awan-awan kehidupan. Hingga di pintu sekat terakhir, kuhidangkan tanya yang masih tersisa.
Nyatanya, engkau masih menggeleng dan lirih menyangkal sisa tanya,"Ujung jalan ada di selatan."
Baik, kita ke selatan.
Aku heran, sebab di selatan hanya ada remang-remang pelita. Bukan kemewahan yang mampu membuat terang malam yang katamu buta.
"Ah, sebegitu kecil kebutaan yang ingin kau buat terang?" Tanyaku di hati.
Engkau diam dan mulai memainkan senyuman.
Malam ini, engkau menguasai malam dengan terang. Sedang aku, buta!
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H