Kami segera menaruh 2 tas besar dan 1 tas kecil ke tempat barang yang ada di atas tempat duduk penumpang. Lantas bus melaju ke luar termina, hingga di sini semua berjalan tanpa ada pikiran macam-macam.
Sesampai luar terminal, bus tiba-tiba berhenti di pinggir jalan cukup sepi dan agak gelap, suasana lengang dan mulai serasa tegang.Â
Dari pintu belakang masuk dua orang, satu orang berambut gondrong bergerak ke depan dan duduk di belakang kami, sedangkan satu orang duduk dekat pintu belakang.
Di situasi serasa tegang inilah, penulis reflek melihat tas. Sangat jelas tangan kanan "si gondrong" telah masuk ke tas kecil kami. Kembali reflek, penulis berdiri dan memukul tangan "si gondrong".
Segera anak saya gendong, satu tas besar saya serahkan ke istri. Sambil menggendong anak, membawa tas besar dan tas kecil, kami berniat segera turun.
Ketegangan tidak berhenti di situasi ini. Tiba-tiba dua orang laki-laki kekar masuk lewat pintu depan. Satu orang berperan sebagai sopir langsung menghidupkan mesin bus. Satu orang dengan agak lantang bilang bus segara berangkat.
Penulis tak kalah lantang meminta turun saat itu juga. Istri, penulis minta turun lebih dahulu. Dalam kewaspadaan kami turun menuju tempat cukup ramai. Dua orang berusaha membuntuti, penulis berhenti dan menatap mereka, hingga dua orang itu kembali ke bus.
Dari pengalaman inilah baru penulis rasakan bahwa semua orang yang ada di bus hijau buram adalah "geng pencopet", termasuk "si perempuan".Â
Mereka gerombolan orang yang memang sengaja ingin merampas hak milik orang lain di tempat umum. Â Â Â Â Â Â Â
Inilah pengalaman berharga dan sebagai cermin kehati-hatian ke depan. Ada beberapa cara untuk mengatasi dan menghindari geng pencopet di terminal.