Melihat pertandingan Denmark VS Finlandia semalam, cukup menarik. Sesuai prediksi, Danish Dynamite meledak mulai babak awal.
Para pemain Denmark berusaha mengurung Tim Eagle Owl. Tiga peluang gol membuktikan keseriusan Pasukan Dinamit ini untuk melangkah ke tangga pimpinan Klasemen Grup B Euro 2020.
Menjelang menit babak pertama berakhir, ketegangan mendadak terjadi. Christian Eriksen, striker yang bergabung ke Timnas Senior Denmark sejak tahun 2010 mendadak pingsan dan terlihat tidak bergerak di lapangan.
Pemain Inter Milan itu tiba-tiba kolaps ketika hendak menerima bola lemparan ke dalam. Dengan sigap beberapa pemain Denmark memberikan pertolongan pertama. Â
Suasana tampak lebih menegangkan manakala beberapa pemain diliputi kekalutan dan mulai ada yang menangis. Ketegangan di tribun penonton tak kalah dramatis. Beberapa penonton saling berpelukan dalam tangis sedih.
Pagar betis dalam suasana ketegangan terlihat dilakukan oleh beberapa pemain Denmark. Petugas medis segera bergerak cekatan memberikan pertolongan.
Dalam hitungan menit ke menit yang cukup lambat dirasakan, petugas medis di lapangan terlihat memberikan bantuan CPR (resusistasi jantung dan paru).
Lebih detail, dokter tim Denmark (Morten Boesen) mengungkapkan saat-saat krusial menolong Eriksen di lapangan. Boesen mengatakan bahwa denyut jantung Eriksen ketika itu semakin lama semakin melambat. Setelah dilakukan pertolongan pertama bisa kembali sadar.
Namun, tiba-tiba hal itu berubah. Tim medis mulai memberikan CPR. Momen inilah yang menambah tegang suasana. Sekitar 10 menit peristiwa kolapsnya Eriksen membuat penonton di manapun berada fokus ke lapangan dan layar pertandingan yang dihentikan.
Suasana tegang barulah terlihat lega setelah tim medis dikawal pemain Denmark membawa Eriksen ke luar lapangan diiringi tepuk tangan penonton. Menandakan nyawa Eriksen terselamatkan meskipun cukup lama mendapat pertolongan medis.
Catatan penting peristiwa kolapsnya Eriksen adalah peran tindakan medis CPR. Tindakan CPR terbukti mampu menyelamatkan nyawa seseorang dalam keadaan kritis.
Pertama, perhatikan kondisi sekitar (Danger).Â
Saat melihat korban yang tidak sadarkan diri seperti korban serangan jantung, tersambar petir, atau korban kecelakaan, penting melihat kondisi sekitar untuk memastikan keamanan dalam menolong korban. Amankan korban dari kemungkinan membahayakan susulan seperti terkena arus listrik dan lainnya.
Kedua, Cek respons (Response).
Cek respons atau kesadaran dilakukan saat penolong memastikan bahwa kondisi sekitar aman. Penilaian tingkat kesadaran korban dapat dilakukan dalam empat tahap, antara lain: Â cek apakah korban sadar? Apakah korban merespons dengan panggilan suara? Apakah korban merespon apabila ada pemberian rasa sakit, seperti ditepuk pundaknya.
Jika tidak memberikan respons, mintalah seseorang untuk menghubungi ambulans, mengambil P3k dan Defibrilator Eksternal Otomatis (AED), jika ada. Selain itu, cek apakah korban bernapas atau tidak. Jika tidak, korban baru bisa mendapatkan penanganan CPR. Pengecekan napas bisa dilakukan dengan melihat pergerakan dada.
Ketiga, Kompresi dada (Compression).
CPR adalah kombinasi tindakan kompresi dada dan bantuan napas. Ketika jantung tidak bisa berdetak, kompresi dada diperlukan untuk sirkulasi darah yang membawa oksigen. Agar kompresi dada efektif, korban harus dalam posisi terlentang pada permukaan rata dan keras.
Langkah melakukan kompresi dada dewasa yaitu dengan memberikan penekanan pada dada sebanyak 30 kali penekanan dengan kedalaman 5 sampai 6 cm. Lokasi penekanan berada pada pertengahan dada yaitu di bawah tulang sternum.
Keempat, Jalan napas (Airway).
Setelah memberikan 30 kali kompresi dada, buka jalan napas dengan menggunakan cara meletakkan satu tangan di dahi korban dan tengadahkan kepala korban.
Kemudian letakkan ujung jari di bawah dagu korban, kemudian angkat dagunya. Posisi ini akan mempertahankan jalan napas tetap terbuka.
Kelima, Berikan bantuan napas (Breathing).Â
Berikan bantuan napas sebanyak dua kali. Setiap tiupan dilakukan selama 1 detik dan terlihat dada terangkat.
Demikian langkah teknik CPR. Teknik CPR dengan langkah-langkah DRCAB sebagai pengetahuan dasar dan pelatihan Resusitasi Jantung Paru atau CPR yang tepat dapat menjadikan siapa saja bisa jadi penyelamat pasien henti jantung mendadak. Ilmu yang bermanfaat ini juga bisa memperpanjang kesempatan hidup pasien.
Olahraga menyehatkan. Namun ingat, daya tahan dan kondisi fisik seseorang juga menunjang aktivitas olahraga.
Jika merasakan kelainan saat berolahraga seperti napas tersengal, detak jantung lemah dan tak beraturan, segera hentikan. Jangan paksakan diri jika tidak ingin kolaps dan bahkan kematian dapat terjadi kapan saja dan di manapun saat berolahraga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H