Kekuasaan dari, oleh, dan untuk rakyat memberikan harapan besar dapat mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Pemimpin pilihan rakyat, pastinya memperhatikan kepentingan dan kebutuhan masyarakat.
Benarkah korelasinya sudah sesuai dengan harapan rakyat? Tunggu dulu. Dalam politik juga berlaku adagium "tak ada kawan atau lawan yang abadi yang ada hanyalah kepentingan abadi".
Tidak ada makan gratis, Tuan dan Puan. Kalkulasi biaya politik sudah ada perhitungannya. Biaya yang dikeluarkan tentu bukan atas dasar cuma-cuma, ada masanya untuk dapat kembali modal bahkan "menumpuk modal" senyampang kekuasaan ada di genggaman.
Kontestasi politik perlu diperjuangkan. Kampanye dan strategi politik bergerak senyap jauh sebelum hajat publik digelar.
Benteng-benteng kantong suara mulai dirancang. Dibuatkan skema yang paling memungkinkan untuk menangguk suara mayoritas. Sumber daya partisan, media, dan finansial mulai merangkul tokoh-tokoh potensial yang dapat dijadikan corong politik.
Modal uang mulai dimainkan. Berbungkus donasi dan sejenisnya, ada deal-deal politik di berbagai tingkatan masyarakat sebagai pemilik hak suara. "Ini ada sedikit rezeki" bukan lagi menjadi hal tabu sebagai umpan.
Belum cukup lewat benteng stelsel, pantauan tetap dilakukan sampai ke lubang semut. Jikapun ada kemungkinan kalah perkiraan kalkulasi suara di kantong-kantong tertentu, maka serangan fajar menjadi senjata pamungkas.
Bergerak senyap seiring munculnya fajar, beberapa orang bergerak sigap menanya "modal sang lawan politik". Pada tataran inilah "bargaining politik uang" memegang peran kunci.
Kontestan yang paling banyak memberi uang tunai bersiap mendulang suara kemenangan tak terduga. Amplop politik berisikan lembaran 50rb hingga ratusan ribu rupiah mulai bertebaran. Kemenangan telak sangat mungkin terjadi. Cash and carry terbukti ampuh memenangkan kontestasi.
Tidaklah mengherankan, semakin mahal biaya pesta demokrasi semakin marak kasus-kasus korupsi. Sebab apa? Mereka para kontestan pemenang pesta demokrasi bermodal cash and carry berupaya mengembalikan modal dengan segala cara dan segala daya.
Pada akhirnya "Mahalnya biaya demokrasi telah memakan korban kepentingan rakyat negeri ini". Mau mendebat? Silahkan tulis panjang lebar lewat opini bertaji. Â Â