Setelah masjid berdiri, Sunan Kudus membuat padusan atau tempat wudhu. Tempat wudhu berupa pancuran berjumlah delapan.
Masing-masing pancuran diberi arca kepala kebo gumarang. Maksud memberi arca kebo gumarang tidak lain untuk menarik minat umat Budha.
Banyak umat Budha datang ke Masjid Menara Kudus karena penasaran dengan arca kebo gumarang yang sesuai dengan ajaran Budha "Jalan Berlipat Delapan" atau "Sanghika Marga".
Umat Budha berdatangan ke Masjid dan mendengarkan keterangan Sunan Kudus. Dari sinilah syiar Islam mampu membuka diri kepada semua lapisan masyarakat.
Kelima. Tata Ruang Amburadul.
Walaupun bangunannya unik dan sarat akan nilai historis, namun tata ruang di sekitar Masjid Menara Kudus tampak amburadul. Hal tersebut karena Masjid Menara Kudus berada di jantung kota.
Masjid peninggalan Sunan Kudus ini juga dikepung oleh rumah-rumah penduduk yang padat. Selain itu juga banyak penjual yang ada di sekitar masjid.
Apakah tata letak yang amburadul ini merupakan simbolisme juga? Bisa jadi, sebab dalam agama Islam tidak mengenal pangkat dan derajat di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa. Masjid Menara Kudus adalah milik semua umat dan tidak ada sekat antara yang berpangkat dan tidak berpangkat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H