Mohon tunggu...
ARHIEF ER. SHALEH
ARHIEF ER. SHALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Sepi dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Layangan Putus Pak Raden, Belik Setan, dan Terjangan Ular Lajing

19 April 2021   14:50 Diperbarui: 19 April 2021   14:52 1920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menganggit nostalgia suasana Ramadan masa kecil, penuh dengan kejadian kenakalan ala dunia anak, konyol, dan kocak. Sungguh memori di otak ini begitu cepat berputar seperti mesin waktu.

Kenangan jelas tak terlupakan. Hadir satu persatu dalam kebersamaan dan kegembiraan. Jelas dari kita mempunyai nostalgia yang paling berkesan.

Memasuki bulan Ramadan langit cerah sebab musim kemarau kembali dijalani. Di bulan penuh keberkahan inilah umat Islam menunaikan bermacam ritual ibadah. Semua ibadah semata dilakukan untuk mendapatkan pahala yang dilipatgandakan oleh Allah SWT.

Malam dilalui dengan salat tarawih. Dilanjutkan dengan tadarus. Bagi anak-anak di zaman dulu, dini hari paling ditunggu untuk bisa patrol keliling membangunkan umat Islam bersantap sahur.

Segala jenis tetabuhan saling bersahutan. Saat paling seru patrol tatkala dua kelompok bertemu, maka di situlah kemahiran memainkan musik patrol ke luar seibarat jurus pamungkas.

Layangan Putus Pak Raden

Kebanyakan anak laki-laki pagi hari bangun kesiangan. Maklumlah, hampir tiap malam begadang dan zaman dulu selama 40 hari saat memasuki bulan puasa hingga merayakan Idhul Fitri sekolah diliburkan.

Agak siang, biasanya anak-anak berkumpul di lapangan. Ada juga yang nongkrong di stasiun kereta api. Ada yang ditunggu di tempat-tempat mengasyikkan itu, melihat adu layangan.

Layangan yang diadu bermacam warna dan ukuran. Layangan aduan biasa diterbangkan tanpa ekor dan saling sambit (memutus benang lawan). Sedang yang berekor akan tetap aman terbang.

Saat ada layangan putus, maka anak-anak yang asyik nonton segera mempersiapkan galah. Mereka akan memburu ke manapun layangan yang putus dan memperebutkannya.

Ada layangan favorit yang ditunggu dalam aduan. Layangan ini bermotif kumis dan biasa disebut "layangan pak raden". Tahu khan pak Raden? Tokoh dalam serial Si Unyil yang kumisnya lebat melingkar.

Selain motifnya yang menawan, layangan pak raden biasanya diadu oleh pak Samsuri dan pak Mail. Kedua orang tua ini totalitas dalam menyiapkan benang dan layangan aduan.

Layangan pak raden memiliki ukuran cukup besar, kokoh rangkanya, dan presisi pembuatannya. Daya tarik inilah yang membuat anak-anak memburu ke manapun layangan terbawa angin saat putus.

Saat angin cukup kencang, biasanya layangan putus agak jauh diterbangkan. Hingga tak terasa kerongkongan kami kering. Tenaga cukup terkuras untuk terus berlari dan memburu layangan putus.

Belik Setan Tempat Menghilangkan Dahaga Saat Puasa

Akibat rasa haus di siang yang terik saat berpuasa, pikiran dan godaan ingin minum sering menyelinap. Bahkan suara setan-setan yang gentayangan di siang hari begitu indah merayu untuk membatalkan puasa.

Saat pikiran sehat sudah menyerah oleh godaan setan yang terkutuk, maka hanya "Belik Setan" yang ada di pikiran kami.

Belik asal kata dari bahasa Jawa, artinya mata air kecil. Anak-anak akan bergerak secepat kilat ke sebuah sungai kecil.

Mereka pasang mata berkongsi untuk minum segar dan jernihnya air dari belik setan. Sebagian ada yang berjaga-jaga persis pasukan gerilya, mengawasi keadaan agar tidak diketahui orang lain. Sebagian langsung menadah dan meminum sepuasnya di belik setan.

Apakah puasa batal? Ya iyalah... namanya anak-anak, konyolpun tetap dilakukan. Pikiran mereka adanya hanya tetap segar berpuasa dan bersiap berburu layangan pak raden...hahhaaa...

Terjangan Ular Lajing

Saat sore, sekitar 1 jam sebelum Azan Maghrib, kami bergerak ke Kali Takir. Sungai yang cukup besar dan deras airnya.

Mereka menuju sebuah "Kedung" yaitu sebuah tempat di sungai besar yang cukup dalam dan lebar airnya serta dikelilingi tebing dan rimbun dedaunan. Di sinilah kami mandi, berenang, saling salto  sepuasnya.

Namun, ada kejadian yang cukup menakutkan. Pernah suatu hari saat di bulan Ramadan, kami diserang ular lajing. Ular ini meluncur deras dari atas tebing dan menerjang ke arah kami.

Untungnya terjangan ular lajing dapat dihindari. Ular lajing akhirnya dapat dibunuh dengan lemparan batu bertubi-tubi.  

Ular lajing bentuknya aneh. Panjang sekitar lima meter tetapi badannya tidak seberapa gemuk seperti ular pithon. Lebih miris lagi, ular ini berjanggut dan mampu menatap tajam melingkar ke arah kami.

Menurut kakek, kami sangat beruntung, sebab terjangan ular lajing dapat menembus tubuh mangsanya. Masih menurut kakek, ular ini kadang ditemukan di hutan dan menggantung di dahan pohon yang tinggi untuk dapat menerjang mangsanya yang ada di bawah pohon.

Begitulah nostalgia suasana Ramadan masa kecil. Semoga dapat mengisi waktu sembari menunggu waktu berbuka puasa ataupun waktu santai lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun