Layangan pak raden memiliki ukuran cukup besar, kokoh rangkanya, dan presisi pembuatannya. Daya tarik inilah yang membuat anak-anak memburu ke manapun layangan terbawa angin saat putus.
Saat angin cukup kencang, biasanya layangan putus agak jauh diterbangkan. Hingga tak terasa kerongkongan kami kering. Tenaga cukup terkuras untuk terus berlari dan memburu layangan putus.
Belik Setan Tempat Menghilangkan Dahaga Saat Puasa
Akibat rasa haus di siang yang terik saat berpuasa, pikiran dan godaan ingin minum sering menyelinap. Bahkan suara setan-setan yang gentayangan di siang hari begitu indah merayu untuk membatalkan puasa.
Saat pikiran sehat sudah menyerah oleh godaan setan yang terkutuk, maka hanya "Belik Setan" yang ada di pikiran kami.
Belik asal kata dari bahasa Jawa, artinya mata air kecil. Anak-anak akan bergerak secepat kilat ke sebuah sungai kecil.
Mereka pasang mata berkongsi untuk minum segar dan jernihnya air dari belik setan. Sebagian ada yang berjaga-jaga persis pasukan gerilya, mengawasi keadaan agar tidak diketahui orang lain. Sebagian langsung menadah dan meminum sepuasnya di belik setan.
Apakah puasa batal? Ya iyalah... namanya anak-anak, konyolpun tetap dilakukan. Pikiran mereka adanya hanya tetap segar berpuasa dan bersiap berburu layangan pak raden...hahhaaa...
Terjangan Ular Lajing
Saat sore, sekitar 1 jam sebelum Azan Maghrib, kami bergerak ke Kali Takir. Sungai yang cukup besar dan deras airnya.
Mereka menuju sebuah "Kedung" yaitu sebuah tempat di sungai besar yang cukup dalam dan lebar airnya serta dikelilingi tebing dan rimbun dedaunan. Di sinilah kami mandi, berenang, saling salto  sepuasnya.
Namun, ada kejadian yang cukup menakutkan. Pernah suatu hari saat di bulan Ramadan, kami diserang ular lajing. Ular ini meluncur deras dari atas tebing dan menerjang ke arah kami.
Untungnya terjangan ular lajing dapat dihindari. Ular lajing akhirnya dapat dibunuh dengan lemparan batu bertubi-tubi. Â