Mohon tunggu...
ARIF R. SALEH
ARIF R. SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Keterbukaan dan Keseimbangan: Kunci Bahagia Mengelola Keuangan di Bulan Ramadan

18 April 2021   23:22 Diperbarui: 19 April 2021   00:11 1642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ramadan bulan penuh keberkahan dan ampunan. Dirayakan dengan melakukan banyak ibadah kebaikan. Mengharap pahala yang dilipatgandakan oleh Allah SWT.

Bulan Ramadan juga identik dengan budaya mudik dan menyambut Hari Raya Idhul Fitri. Meskipun pandemi corona, masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam tetap merayakan.

Sebagai hari kemenangan, Hari Raya Idhul Fitri identik dengan berbagai ritual dan cara unik merayakannya. Masyarakat antusias menyambut walaupun harus mengeluarkan biaya lebih.

Di bulan Ramadan pula, rezeki berlipat bagi para pekerja. Hampir semua jenis pekerjaan termasuk asisten rumah tangga menunggu dan siap diguyur THR (Tunjangan Hari Raya).

Galibnya sebuah perayaan, segala kebutuhan dirayakan cukup semarak dan bahkan terlihat berlebihan. Semua hampir identik dengan kata "baru". Baju baru, kendaraan baru, dan "mungkin" hanya pasangan yang tidak baru.

Guyuran rezeki berlimpah bahkan dirasakan oleh guru. Mereka menerima bonus THR (Gaji Ke-14) dan TPG (Tunjangan Profesi Guru) di bulan Ramadan.

Di tengah limpahan guyuran rezeki inilah, kadang banyak yang lupa bahwa ada kebutuhan lain yang wajib dipikirkan. Apa itu? Segala bentuk pinjaman/kredit dan biaya sekolah/kuliah menyambut tahun ajaran baru.

Pentingnya Keterbukaan

Penulis sebagai guru banyak bersyukur dengan limpahan rezeki. Cuma, bagaimanapun kebutuhan terus bergulir.

Guru terlihat "sejahtera" hanya kulit luarnya saja. Mengapa? Sebab sejahteranya guru harus dibagi dengan pegawai bank. Kok bisa? Ya iyalah. karena hampir semua guru punya pinjaman di bank.

Guru dalam membangun/membeli rumah, biaya sekolah, membeli kendaraan bermotor, dan biaya tak terduga lainnya lebih banyak mengandalkan pinjaman. Sistem pinjam/kredit memungkinkan kebutuhan dapat segera terwujud.

Gaji guru yang rutin dan disiplinnya membayar angsuran kredit, dibidik bank lewat program-program "menggiurkan". Inilah mengapa guru seakan-akan dianak-emaskan, karena ada simbiosis mutualisme antara sistem bank dengan karakter guru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun