Mohon tunggu...
ARIF R. SALEH
ARIF R. SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Senyummu Menjelma Sandiwara

7 April 2021   14:30 Diperbarui: 7 April 2021   14:56 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi memandang sesuatu. Sumber: Enreque Meseguer on Pixabay.com

Semula. Tanah basah. Rintik gerimis masih terdengar menyapa. Bunga-bunga bermekaran. Seperti yang kau inginkan. Semua baik-baik saja. Indah menyambut pagi. Dan senyummu, lebih indah dari semua yang ada.

Semula. Burung-burung prenjak bernyanyi di dahan-dahan dan ranting-ranting pepohonan. Menyapa dan menyemangati kehidupan. Sementara sepasang kutilang, diam di sarang tak lagi bersuara. Mata kutilang, hanya memandang jalan kematian.

Sepasang kutilang, masih memandang. Sedang detak waktu semakin cepat berputar. Menanda, perjalanan dalam gelombang pasang lautan. Menghempaskan asa. Meluluhlantakkan benteng-benteng keteguhan.

Dalam hening senja. Semua biasa-biasa saja, tetapi tidak dalam getaran rasa. Bunga-bunga layu dan daun-daun berguguran adalah tanda. Dan senyummu, menjelma sandiwara. Tak lagi indah dari semua yang ada.

Probolinggo, 07 April 2021   

Puisi Oleh: Arif R. Saleh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun