Bahasa gaul, jangan dikira hanya anak muda yang punya. Golongan tuwir, termasuk penulis, juga doyan. Meskipun sekedar ngintip. Di wiktionary pula ngiptipnya... hahhaaa...
Mencari dan mempergunjingkan bahasa gaul, enak bin gurih, renyah pula. Mau bukti? Ketik saja kata ghosting dan gabut. Jangan lupa, ngetiknya di mesin telusur internet. Milik Google boleh. Atau mau yang lain? Silahkan.
Nah, ghosting dan gabut adalah bahasa gaul yang sempat tren di 2020. Jadi, rasanya kok ya ketinggalan pesawat kalau hingga detik ini belum mengenal si ghosting dan si gabut.
Apa itu Ghosting?
Secara etimologi ghosting jelas keminggris. Dari kata ghost dan ing. Ghost artinya hantu, ing artinya sedang. Ghosting berarti sedang menjadi hantu... wadawww...
Sifat daripada hantu sangat jelas bin gamblang. Senang menakuti dan menghilang. Nah, makna ghosting yang mudah dipahami berarti seseorang yang tiba-tiba menghilang tanpa komunikasi dalam suatu hubungan.
Seseorang yang melakukan ghosting, tidak pandang bulu. Berasal dari jenis kelamin manapun. Eh, kira-kira anak-anak sudah melakukan apa belum ya? Kalau yang muda dan tuwir, pastilah, minimal pernah melakukan dan atau dilakukan.
Berkaca dari pengalaman dan banyak membaca fenomena di media, ghosting dilakukan atas beberapa sebab. Tentu juga punya akibat.
Dalam dunia kriminal, misal modus penipuan, ghosting dilakukan secara terukur. Tujuannya jelas, menghilangkan jejak secepat dan serapi mungkin.
Bisa karena terlalu banyak pertimbangan. Mendapat bisikan tetangga? Bisa juga. Bahkan secara tiba-tiba melihat sesuatu yang di luar dugaan. Intinya, banyaklah...
Apakah ghosting berdampak buruk? Jelas ya... Apalagi bagi korban ghosting. Dapat menimbulkan trauma berkepanjangan. Bahkan amarah yang meledak pada suatu saat. Jadi, pikir lebih bijak dulu sebelum melakukan ghosting.
Apa itu Gabut?
Gabut kependekan dari gaji buta. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan gaji buta sebagai gaji yang diterima dengan tidak usah bekerja.
Wah, di masa pandemi korona, jelas gabut banyak dikaitkan dengan bekerja dari rumah. Sebab, bagi siapapun yang memakai kacamata kuda, orang tidak ngantor masih digaji. Padahal, kacamata plus lebih luas memandangnya. Iya khan?... hehehe...
Gabut sifatnya implisit dan memang secara eksplisit lebih cocok dengan budaya ketimuran. Tetapi, tetap harus hati-hati menyemburkan kata gabut dalam lingkup yang sensitif. Â
Sekian dan terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H