Kedua, Tidak Percaya Covid-19 Ada. Golongan ini bersikap antipati. Mereka selalu bereaksi dan memposisikan diri melawan setiap ada berita, diskusi, dan kejadian yang berkaitan dengan adanya Covid-19.
Mereka mudah menuding secara sepihak bahwa Covid-19 hanya keinginan pihak tertentu yang menggangu harmoni kehidupan. Protokol kesehatan sama sekali tidak digubris. Jangankan memakai masker, jaga jarakpun mereka enggan lakukan.
Logika sepihak mereka jadikan dasar berpikir. Di kawasan tertentu mereka lihat hidup berjalan normal tanpa sekat dan aturan yang mengikat. Kegiatan sosial dan lainnya sangat longgar dan seperti tidak ada ancaman dari apapun dan pihak manapun.
Jangan sekali-kali berdebat tentang korona.. Mereka akan menyerang balik sesuai dengan apa yang mereka lihat dan alami. Sedikitpun tidak ada kekhawatiran tentang apa dan bagaimana Covid-19 mengancam kehidupan, khususnya bagi makhluk bernama manusia.
Ketiga, Golongan yang Ragu bahwa Covid-19 antara Ada dan Tiada. Golongan ini mudah terpengaruh keadaan. Mudah dideteksi dari sikap dan perilaku menghadapi pandemi korona. Apalagi dalam diskusi, golongan ini memposisikan diri di tengah-tengah. Bahkan cenderung mudah disetir ke kiri dan ke kanan.
Saat mereka ada di kelompok yang percaya Covid-19 ada, mereka mendukung argumentasi ini. Manakala pemerintah meminta untuk lebih patuh melaksanakan protokol kesehatan, mereka ikut patuh. Tetapi, jika himbauan ini longgar atau mengendor, mereka cenderung melanggar. Himbauan 3M tidak lagi dilakukan.
Demikian pula, saat golongan ini terjebak di kelompok yang tidak percaya Covid-19 ada, mereka akan mendukung pendapat ini. Justru ikut memperbesar gagasan dengan bumbu-bumbu guyonan yang mengarah kepada ketidakpatuhan himbauan pemerintah.
Golongan ini juga mudah terbawa arus berita hoaks. Manakala ada berita “Covid-19 hanyalah proyek pihak tertentu”, mereka getol menyambung ke pihak lain. Tetapi, manakala mereka berhadapan dengan pihak terkait penanganan Covid-19, mereka juga getol menyampaikan programnya. Nah, betulkan?
Milenials, Kendali Sejarah, dan Momentum Menyongsong Generasi Emas
Pandemi Covid-19 benar-benar menyita perhatian. Menggoyang berbagai sendi kehidupan. Mampu menggeser fenomena megaproyek dan pernak-pernik bumbu sedap maupun bau busuk yang menguap.
Kabar perpindahan ibukota, menguap seakan lenyap. Mega kasus “Persekongkolan di Atas Meja Pinangki dan Joko Candra” sempat memanas. Semakin membara dengan terbakarnya gedung Kejaksaan Agung sebagai salah satu simbol kedaulatan negara, juga ikut-ikutan berenang di luasnya samudera. Timbul tenggelam ke permukaan media.