Mohon tunggu...
ARIF R. SALEH
ARIF R. SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketidakjujuran Terstruktur yang Dilupakan Mas Nadiem

18 September 2020   12:58 Diperbarui: 18 September 2020   13:04 3433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makariem dalam peluncuran Empat Pokok Kebijakan Pendidikan. DOK. KEMENDIKBUD.

Arus Globalisasi dan penerapan sistem otonomi menuntut kesesuaian 2 hal. Pertama, menjawab tantangan global yang ditandai dengan revolusi teknologi dan informasi beserta dampak yang ditimbulkan. Kedua, menanamkan nilai karakter sosial budaya yang bersifat lokalitas sebagai identitas nasional. Nantinya diharapkan mampu menangkal aspek negatif pengaruh globalisasi.

Di sinilah peran sentral pendidikan dengan dinamika kurikulum yang ada. Menjadi kendaraan besar yang mampu membentuk sumber daya manusia madani. Manusia Indonesia yang mampu menguasai IPTEK dan berkarakter nasional. Mampu bersaing secara global tanpa meninggalkan identitas bangsa. Bertindak global, namun tidak meninggalkan sosial budaya lokal atau nilai-nilai asli bangsa Indonesia.   

Kurikulum 2021, dari Sentralistrik ke Distrik 

Dinamika kurikulum dituntut sesuai perkembangan yang ada. Berlandaskan Pancasila dan tidak bisa ditawar. Merupakan suatu kewajaran dan tidak perlu diperdebatkan secara membabi buta. Menjadi polemik berkepanjangan yang hanya menguras energi.

Senyampang menghasilkan hal positif. Tetap pada rel utama menguasai IPTEK dilandasi nilai karakter bangsa. Bertindak global berlandaskan nilai sosial budaya nasional. Perubahan yang ada perlu kita dukung.

Sebagai menteri milenial, Mas Nadiem juga memotret fenomena perubahan yang ada. Konsep Kurikulum 2021 digelindingkan. Wacana kurikulum yang dibangun dari implementasi tagline “Merdeka Belajar”. Menawarkan dan memberikan tahapan-tahapan inovasi pembelajaran sebagai output dari program “Guru Penggerak dan Sekolah Penggerak”.

Berangkat dari program “Merdeka Belajar”, Kurikulum 2021 memunculkan sekolah yang sudah mempunyai guru penggerak untuk bebas menentukan konten pembelajaran sesuai kemampuan siswa. Tidak ada lagi penyeragaman materi secara nasional.

Sekolah sebagai satuan pendidikan didampingi guru penggerak, dapat memilah dan memilih materi esensial sebagai bahan pembelajaran. Memperhatikan dan mewadahi keberagaman kemampuan di lingkup satuan pendidikan. Bukan lagi memaksakan keseragaman konten secara nasional (terpusat). Di sinilah titik terang dapat disorot, menarik peran sentralistrik ke distrik hingga tingkat satuan pendidikan. Sesuai ruh otonomi daerah dan menembus satuan pendidikan sebagai jangkar terdepan.

Mastery Learning, Bentuk Ketidakjujuran Terstruktur

Konsep kurikulum 2021 sesuai tagline “Merdeka Belajar”, sepintas program bagus. Memberikan kewenangan penuh guru memilah dan memilih konten pembelajaran. Memperhatikan kemajemukan dan tidak menilai kemampuan peserta didik sama rata dalam segala hal.

Namun, ada hal mendasar yang belum dibidik oleh Mas Menteri. Hal yang menimbulkan ketidakjujuran terstruktur. Dibiarkan tanpa disentuh. Menyangkut sistem penilaian sentralistik yang masih mengikat kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun