Euforia dan Target Tembak Korona
Sejenak kita menikmati kelonggaran aktivitas di luar rumah. Jalanan mulai ramai. Pertokoan, gerai makanan dan minuman diserbu pembeli. Ekonomi menggeliat dari tidur yang dipaksakan. Meskipun beberapa fasilitas umum masih ditutup untuk menghindari terbentuknya klaster korona.
Euforia ternyata membuat sebagian masyarakat lengah. Kerumunan mudah ditemukan. Di pasar, tempat nongkrong, bahkan kafe dan gerai lainnya. Atas nama jenuh, mereka "gampang lupa" mematuhi protokol kesehatan.
Merasa sudah menjalani hidup kembali normal. Mereka lupa berhadapan dengan siapa. Musuh yang tak kasat mata lihai mengambil kesempatan. Siap bersarang di rongga-rongga napas yang lebar terbuka. Siap menutup hembusan napas terakhir makhluk bernama manusia. Pada waktunya.
Tetap Patuhi Protokol Kesehatan
Berdasarkan data Satgas Covid-19, per Tanggal 14 September 2020, ada penambahan terkonfirmasi sebanyak 3.141 kasus. Lompatan yang cukup besar. Tiga bulan sebelumnya kisaran terkonfirmasi di bawah 1.000 kasus. Sekitaran Agustus di bawah 2.000 kasus.
Pertanyaan yang menggelitik, apakah korona ataukah manusia penyebab semakin banyak penambahan kasus terkonfirmasi? Kita pasti kompak menjawab. Manusia dan tetap manusia sebagai penyebab.
Korona, bisa dibendung dan bisa lepas liar, perannya ada pada manusia. Ada pada kita. Selama vaksin dan obat belum dikonsumsi masal dan terbukti ampuh, hanya dengan protokol kesehatan korona bisa dilawan. Bisa dicegah. Bahkan dilenyapkan.
Menjalankan Protokol Kesehatan tetap harus dilakukan. Demi menjaga diri sendiri dan orang lain. Ingat, sakit mahal harganya. Nyawa hanya satu-satunya. Sekali dicabut, hilang wujud raga di muka bumi.
Lihat di tempat-tempat nongkrong. Tak pandang usia, mereka tidak pakai masker. Padahal kita tidak tahu apakah orang yang kita hadapi sudah menyandang predikat kurir korona. Orang yang ada dekat di sekitar sudah positif terkonfirmasi korona.