Mohon tunggu...
ARIF R. SALEH
ARIF R. SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pancasila dalam Gempuran Konflik

28 September 2020   10:23 Diperbarui: 28 September 2020   19:38 778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era reformasi, rongrongan terhadap Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa bergeser ke arah sentimen menguatnya kesadaran etnik (ethnic consciousnes). Masih ditimpuk pula oleh kepentingan kontestasi politik lokal. 

Hidup Damai Menyenangkan. Sumber : Joseph Samson. pixabay.com
Hidup Damai Menyenangkan. Sumber : Joseph Samson. pixabay.com

Reaktualisasi Nilai-Nilai Pancasila

Konflik di masyarakat multietnik seakan melekat, jika bangsa ini tak lagi menjiwai nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, sebagai makhluk beradab. Mengedepankan toleransi agama, budaya, sosial, dan ekonomi yang madani.

Indonesia, bangsa yang besar. Bangsa yang kenyang dengan hantaman gelombang perubahan. Tetap tegak seperti batu karang. Tumbuh dan besar berkat usaha bersama. Usaha yang tak pernah lelah. Membingkai perbedaan dalam kesatuan pandangan "Bhinneka Tunggal Ika".

Membumikan nilai-nilai Pancasila di lembaga keluarga, mutlak diimplementasikan. Keteladanan orang tua adalah kunci. Karakter anak meniru. Apa yang akan anak tiru? sikap dan perilaku orang tua. Sikap dan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan sesuai porsinya.

Lembaga pendidikan mempunyai peran penting. Membumikan paradigma "Pancasila adalah Jati Diri Bangsa". Tetap meluruskan pandangan untuk menjiwai dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai luhur dan akan selalu aktual  dalam kehidupan sehari-hari.

Paradigma pendidikan abad 21 bertujuan meningkatkan kompetensi siswa yang berorientasi pada berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS). Lembaga pendidikan, seharusnya mampu menanamkan nilai-nilai Pancasila sebagai transfer of knowledge, critical and creative thinking, dan problem solving.

Di jaman digital, peran masyarakat luas mengalami pergeseran nilai. Masyarakat yang semula hanya sekedar menjadi penonton dan pembaca, mulai ambil peran sebagai pemain dan konten kreator. 

Di sinilah, masyarakat sebagai pemain dan konten kreator hendaknya menjadi sosok influencer yang Pancasilais. Sosok yang mampu menjiwai dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila secara dinamis.

Demikian pula pemerintah. Upaya aktualisasi nilai-nilai Pancasila lewat Penataran P4 model Orde Baru, jelas hanya titipan penguasa. Di jaman reformasi, praktik-praktik KKN masih melekat pada sebagian penguasa dan kroninya. Menjadi contoh, betapa mereka yang menggaungkan pentingnya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sebenarnya menjadi pecundang atas ideologi yang kita gaungkan demi utuh bangsa dan negara ini.  

Pemimpin, seharusnya melekat dengan jiwa Pancasila. Nilai ketuhanan menjiwai dalam bersikap dan bertindak. Menjauhi apa yang dilarang oleh agama dan menjalankan ajaran agama dalam pemerintahan. demi terwujudnya masyarakat madani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun