Perangkat Pembelajaran meliputi Struktur Kurikulum sebagai pedoman dan tujuan pembelajaran, Program Tahunan, Program Semester, Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Penilaian, dan Tindak Lanjut.
Dari sini, yang bukan guru atau yang berprofesi bukan guru jelas pikiran mulai terbuka "banyak juga tugas profesi guru". Sedangkan bagi guru, yang tidak mau ribet dan berpikiran yang penting mengajar ada jurus ampuh potong kompas memenuhi kewajiban. Jurus ampuh ini bernama "Copy Paste".
Perangkat Pembelajaran yang mereka miliki bukan disusun sendiri melainkan "Copy Paste" milik sejawat. Cara instan ini mereka dapatkan dari berbagai forum dan media. Forum KKG, MGMP dan sejenisnya memang memberikan kemudahan dalam berkolaborasi, termasuk sharing perangkat pembelajaran.
Media sosial semacam WhatApps, Facebook dan sejenisnya juga sarana mumpuni mendapatkan perangkat pembelajaran yang dibutuhkan. Lantas, apakah haram yang mereka lakukan? Jawabannya Tidak, selama guru mau memodifikasi dan merekontruksi sesuai lingkungan belajar.
Jikapun ada yang sekedar "Copas" dan langsung pakai, jelas dalam tataran pelaksanaan dan penilaian (out put) juga berantakan. Bahkan tidak "nyambung" sama sekali antara perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran.
Kedua, Terkungkung Metode Pembelajaran Konvensional. Guru "Gaptek" (Gagap teknologi) cara mengidentifikasinya gampang.
Secara direct, mereka mengandalkan metode ceramah yang cenderung teacher centered. Lebih miris lagi, metode CBSH (Catat Buku Sampai Habis) menjadi senjata andalan. Baca singkatan ini, penulis yakin para guru "mesam mesem".
Secara indirect, sebenarnya para guru mulai melek IT (Information technology). Apalagi dengan terjadinya pandemi Virus Corona yang menuntut pembelajaran berbasis internet. Cuma, kemampuan IT mereka sebatas "jepret" materi di buku atau LKS (Lembar Kerja Siswa) lewat smartphone dan share ke WAG Kelas.
Membosankan, kata yang melekat dari metode konvensional ini. Seibarat menu makanan, siswa hanya disuguhi tahu dan tempe goreng. Makanan khas tradisional yang masih melegenda.
Padahal banyak cara untuk mengkreasi "tahu dan tempe" yang dikombinasikan dengan bahan lain melalui penguasaan IT agar pembelajaran menarik, menyenangkan, dan tidak membosankan.
Ketiga, Teknik Penilaian Berbasis LKS dari Penerbit. Bukan rahasia, LKS dari penerbit masih menjadi bisnis menggiurkan. Dengan LKS, pekerjaan guru "sedikit terbantu". Kenapa hanya sedikit terbantu? Sebab, proses koreksi hasil dilakukan dengan manual.