Sepanjang arah memandang
Mata redup terbata-bata di perempatan jalan
Masih memanggang hati
Yang hampir keriting
Dan nyaris tergunting
Lalu lalang orang-orang
Di kibaran bendera impian
Politisi-politisi mendengking lantang
"Hidup memanusiakan manusia. Merdeka!"....
Uh, meletup darah yang masih memerah
Gemeretak tulang belulang
Pecah mata dalam tikaman gendam
Ah, basi!.... Sebab apa?
Mata redup erat memaut sang buah hati
Di perempatan jalan yang tak punya hati
Membatu runtuh duniawi
Mengawal binasa, sendiri....
Seorang diri....
DKI, 11.07.2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!