Matahari tetiba terasa dekat, dan sangat dekat
Sedekat lontaran pernyataan yang kau bungkus tanya
Padahal kita berdiri di tanah yang sama
Dan meminum air kehidupan tiada henti di mata air yang tak beda
Aku mengernyitkan dahi dalam-dalam, menghitung seberapa dalam empatimu
Apakah kita tinggal di tanah pusaka berbeda?
Ataukah terkurung di pikiran sebatas slogan "Bhinneka" saja
Hingga kau lontar tanya peninju rasa "Kamu Pendatang?"
Ah....yang benar saja....
Kulit kita beda, logat kita beda, bahasa kita beda, rambut kita beda
Tapi kita satu jiwa dan satu rasa
Dilahirkan oleh Ibu Pertiwi Tercinta, bernama "Indonesia Raya"
Kau dan aku bukanlah pendatang
Mengapa?
"Kita Hidup dan Mati di Indonesia Tercinta!"
Camkan dengan benar dan sebenar-benarnya!
Ujung Akar Bromo, 25.12.2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H