Suatu ketika aku berlari “mengejar matahari”
Bukan pada sumbunya yang terang benderang
Ke arah berlawanan di tempat kiniku berdiri
Di gaung nama legenda “Jembatan Merah Plaza”
Yang lebih “dikenal” dan ”dikenang” bibir-bibir bebal mereka
Kulihat ke arah kiri membelakangi bayangan
Di situ, pagarmu yang sedikit melengkung, masih memancar warna merah
Semerah darah pejuang “Banteng-banteng Soerabaja” yang menggelegak
Rela menumpahkan darah dan melepas nyawa satu-satunya
Di airmu yang masih mengalirkan harapan
Di dinding langit biru yang tak lagi sejuk segar di rampas knalpot jalanan
Aku menulis tanpa pena dan tetesan tinta
Menitipkan pesan pada angin yang sesaat masih santun menyapa
Pada “Jembatan Merah” dan “Kanopi Hotel Arcadia”
“Semoga kau tetap tegar digempur masa”
...., 02 Pebruari 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H