Sudah berapa lama
Waktu yang disembunyikan
Melipat uang yang tak harusnya kau kantongi
Berdalih tak minta, datang sendiri
Ahhh…pandai nian kau, bersilat lidah!....
Padahal semua orang tahu, anak-anakpun tahu
Uang yang kau lipat di saku dan laci meja kebanggaanmu
Disampul amplop dan map tanpa tulisan
Adalah akal licik, meniru tikus, menimbun keinginan
Jalan pintas mengeruk kekayaan, menggerus penghasilan negara
Berapa sudah
Kau ludahi janji dan sumpah menjadi pelayan masyarakat
Rakyat yang lemah kau anggap bodoh
Sedang kau merasa sok kuasa, sok pandai, sok bisa menjual segalanya
Menipu bangsamu sendiri, mengatur cara sekehendaknya
Urusan perijinan yang harusnya selesai dalam hitungan menit
Kau buat seakan sulit, baru bisa selesai sekian hari dan rumit
Portal-portal yang harusnya dibangun untuk mengisi pundi kas negara
Kau akali, seratus masuk, sekian ratus kau keruk
Dengan cara tipu-tipu, tanpa rasa malu
Rumahmu gedongan, megah tak terkira
Jumlahnya, kadang tak terbilang, tersembunyikan
Mobil-mobilmu kinclong, jadi kebanggaan
Padahal pangkat dan kedudukanmu belum seberapa
Yang berpangkat dan berkedudukan ikut menjadi buta
Buta bahwa sebenarnya sarang tikus banyak di ini negeri
Sejak dulu hingga kini, tikus-tikusnya menggerus pajak, retribusi, dan urusan jual beli
Untuk kekayaan diri sendiri
Ahhh....tikus-tikus, kapan kau mau merubah diri!....
Tak lagi korup, kolutif, dan nepotis…. di ini negeri
NKRI, 12 Oktober 2016
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H