Mohon tunggu...
ARIF R. SALEH
ARIF R. SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tiga Serangkai Perintis BJBR, Merubah Hutan Mangrove "Banger" Menjadi Emas

8 Oktober 2016   01:37 Diperbarui: 10 Oktober 2016   11:00 1479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: www.beejaybakauresort.com

Membaca dan memahami dua artikel di atas dan juga melihat dan merasakan perubahan langsung sebelum dan sesudah berdirinya BJBR, ada beberapa catatan penting yang dapat dikaitkan dengan Gerakan Budaya Bersih dan Senyum dari pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman (Kemenko Maritim), diantaranya:

  1. Gerakan Budaya Bersih dan Senyum khususnya menumbuhkan kawasan laut dan pantai menjadi destinasi wisata andalan, perlu melibatkan seluruh komponen masyarakat, baik pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat setempat. BJBR dirintis oleh tiga serangkai yang sebenarnya investor PT. BeeJay Sarana Hiburan, yaitu Benyamin Mangitung, Tan Justinus, dan Juda Mangitung, tergerak hati mengubah lautan sampah menjadi kepingan emas. Tiga Serangkai ini mewakili pihak usaha swasta. Pemerintah, dalam hal ini Pemkot Probolinggo, penyedia lahan dan rumusan regulasi yang jelas untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata. Alhasil, pantai Mayangan yang awalnya kumuh, tempat pembuangan sampah dari Kali Banger dan masyarakat sekitar, sehingga berbau tak sedap, dapat dikelola secara jelas menjadi destinasi wisata  yang dinamakan BJBR, salah satu dari lima ekowisata mangrove terpadu terbaik di Indonesia. Sedangkan masyarakat sekitar, dilibatkan secara langsung oleh pihak BJBR ikut membersihkan dan membudayakan hidup bersih, serta menunjang kebutuhan lainnya seperti ketersediaan ikan segar untuk kuliner seafood dari nelayan setempat.
  2. Gerakan Budaya Bersih dan Senyum, membutuhkan tekad dan perjuangan pantang menyerah dari pihak manapun. Tantangan besar yang menghadang yaitu banyaknya sampah diantara tumbuhan mangrove. Masyarakat sekitar, banyak yang membuang sampah sembarangan, kurang memiliki kesadaran untuk menjaga lingkungan. Tumpukan sampah, bau banger yang menyeruak hidung, selaras dengan nama Kali Banger. Rasa mual dan ingin muntah menjadi pemandangan setiap orang yang berada dekat dengan muara Kali Banger. Dengan tekad dan perjuangan pantang menyerah, maka sampah-sampah yang terdapat di hutan mangrove dapat diubah  menjadi emas. Hal ini sangat menginspirasi dan menjadi teladan pihak lain di wilayah Indonesia untuk meniru kesuksesan tiga serangkai. Mengubah mangrove “banger” menjadi emas.
  3. Keberhasilan Gerakan Budaya Bersih dan Senyum, ditunjukkan pada kesungguhan perintis dan pengelola BJBR.  Sepanjang track masyarakat dilibatkan untuk berjualan makanan ringan. Pembeli harus makan ditempat, agar tidak membuang bungkus makanan sembarangan. Bahkan ada papan-papan pengumuman agar pengunjung tidak membawa makanan dan minuman memasuki kawasan BJBR. Hal ini dapat dimaklumi, mengingat budaya masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan masih rendah. Dengan berbagai aturan dan cara yang ditetapkan pengelola BJBR, masyarakat diharapkan menjadi sadar akan budaya bersih. Sedangkan para karyawan memberikan pelayanan yang ramah dan murah senyum. Sehingga memberikan kenyamanan dan pengunjung betah selama berwisata di BJBR.  

Kesuksesan program dan merubah pola budaya ke arah yang lebih baik, tidak semudah membalik telapak tangan. Perintis dan pengelola BJBR membuktikan diri bahwa tantangan dan budaya kumuh, mampu disulap menjadi emas. Mungkin kita masih memandang sebelah mata. Keberhasilan "Tiga Serangkai" jelas mudah mewujudkan ekowisata mumpuni, sebab mereka adalah pengusaha bermodal. Pandangan ini jelas keliru besar. Tantangan budaya, ekosistem kumuh luar biasa sebelum terwujud BJBR, membuktikan "Tiga Serangkai" tidak main-main menyulap hutan mangrove kumuh menjadi emas.

Tiga Serangkai ini datang, melihat peluang, dan terjun langsung mewujudkan impian. Dreamland mereka didukung penuh Pemkot Probolinggo dan masyarakat luas. Alhasil, tiap hari ratusan bahkan ribuan wisatawan baik domestik maupun mancanegara berkunjung ke BJBR. Pantai Mayangan yang semula hanyalah tumpukan sampah dan lumpur berbau tak sedap, di tangan “Tiga Serangkai” disulap menjadi emas. Bahkan BJBR sudah beberapa kali dikunjungi kapal pesiar internasional seperti Princess Cruises. Terakhir melalui akun facebook BeeJay Bakau Resort tertanggal 5 Oktober 2016 pukul 14:27 WIB, terpampang beberapa unggahan foto yang memperlihatkan aktifitas pengelola BJBR menyambut kedatangan kapal pesiar.

Pemerintah Kota Probolinggo, “Tiga Serangkai” perintis BJBR, dan masyarakat sekitar Pantai Mayangan, sudah membuktikan diri, budaya bersih dan senyum mendatangkan keuntungan tak terkira. Giliran daerah lain, baik pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat mau membuka diri dan memberikan kesempatan luas agar kekayaan maritim Indonesia mampu juga disulap menjadi emas. Tentunya dengan tekad kuat, pantang menyerah dan mengeluh, memperhatikan kearifan lokal, serta visioner. Semoga   

Sumber Informasi:
https://jawatimuran1.wordpress.com/2013/06/16/wisata-mangrove-kota-probolinggo/
Sindonews.com edisi 02-04-2016/ BJBR Ekowisata nan Menakjubkan/
www.beejaybakauresort.com

Facebook: Arief R. Saleh
Twitter: @ArifSaleh

NKRI-Probolinggo, 08 Oktober 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun