Dari rasa kagum, sekilas pikiran melayang. Betapa luar biasa perintis BJBR. Pantai Mayangan yang awalnya kumuh, muara pembuangan Kali Banger, disulap menjadi kawasan destinasi wisata ekologi hutan mangrove terpadu. Sungguh sangat gigih perjuangan mereka. Tekad, semangat, dan visi mengalahkan tantangan yang ada. Sangat menginspirasi dan sesuai dengan pengembangan ekonomi maritim Indonesia ke depan. Karena keterbatasan waktu dan lain hal, penulis belum dapat informasi langsung dari para perintis BJBR.
Penulis melakukan browsing internet untuk memperoleh jawaban siapa dan bagaimana upaya para perintis BJBR yang luar biasa ini. Berikut hasil ringkasnya:
- Sindonews.com, edisi 02-04-2016, berjudul “BJBR Ekowisata nan Menakjubkan”
BJBR, salah satu dari lima ekowisata mangrove terpadu terbaik di Indonesia. Sebuah destinasi wisata di kawasan hutan bakau seluas 89 hektar. Dibangun dari kawasan muara Kali Banger bak comberan dengan baunya yang tak sedap. Tekad kuat dari tiga serangkai anak negeri telah mengubah kawasan kumuh dan penuh sampah menjadi taman impian (dreamland).
Sekitar tahun 2010, di kawasan BJBR ini, sejauh mata memandang hanyalah hamparan tumpukan sampah. Bau banger yang menyeruak hidung, selaras dengan nama Kali Banger. Rasa mual dan ingin muntah menjadi pemandangan setiap orang yang berada dekat dengan muara Kali Banger. Berbekal izin pengelolaan lahan dari Pemkot Probolinggo, tiga serangkai, Benyamin Mangitung, Tan Justinus, dan Juda Mangitung, tergerak hati mengubah lautan sampah menjadi kepingan emas.
Tidak mudah menggerakkan orang-orang membersihkan lautan sampah. Kubangan lumpur yang dipenuhi lintah, gigitan nyamuk, dan sarang laba-laba menjadi tempat merajut mimpi di atas pantai pasang surut. Pantai utara Kota Probolinggo yang kini telah disulap menjadi kawasan ekowisata mangrove terpadu, memiliki keunikan pasang surut air laut silih berganti dalam kurun waktu setiap empat jam sekali.
Liku-liku jembatan kayu dibangun dengan tidak menebang pohon mangrove. Jembatan kayu berada diantara rerimbunan hutan mangrove. “Kami hanya menyisihkan akar dan batang pohon mangrove yang menghalangi pembangunan jembatan,” Kata Nisa Nurlaily, Marketing Executif BJBR (Sindonews.com edisi 02-04-2016).
Benjamin mengungkapkan, ketika pertama kali dirinya datang di mangrove tepatnya Maret 2010, tantangan besar yang menghadang yaitu banyaknya sampah diantara tumbuhan mangrove. Masyarakat sekitar, banyak yang membuang sampah sembarangan, kurang memiliki kesadaran untuk menjaga lingkungan. “Pertama kali yang saya lakukan membuat bendungan untuk menghambat sampah yang hanyut dari kali Banger. Yang paling banyak adalah sampah rumah tangga. Melihat keadaan seperti itu saya bertekad akan membuat area ini dari tumpukan sampah menjadi tempat wisata, khususnya ekowisata. Saya akan ubah sampah-sampah yang terdapat di hutan mangrove menjadi emas,” ujarnya.
Kawasan hutan mangrove juga dilengkapi dengan gazebo sebagai tempat istirahat pengunjung dan tempat untuk melihat pemandangan pantai. “Sepanjang track kami memberikan kesempatan pada masyarakat untuk berjualan makanan ringan. Pembeli harus makan ditempat. agar tidak membuang bungkus makanan sembarangan,” jelasnya.
Dalam pembangunan Bee Jay melibatkan masyarakat dan nelayan setempat di kawasan wisata terpadu. “Masyarakat kami libatkan dalam pembibitan dan penanaman mangrove. Nelayan bisa menyewakan perahunya kepada pengunjung. Untuk memenuhi kebutuhan ikan di restoran, kami membelinya dari nelayan setempat,” ujarnya.
Pemkot Probolinggo telah memasukkan program wisata ini dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPMJD) tahun 2006 – 2009 . Pada , Jum’at 17 Maret 2013 investor – PT Beejay Sarana Hiburan bertemu Pemkot Probolinggo melakukan kesepakatan kerja sama berminat untuk mengembangkan dan menawarkan konsep kawasan hutan mangrove di jadikan ekowisata di Kota Probolinggo. Kesepakatan ini ditandai dengan penandatanganan MoU oleh Direktur CV Beejay Sarana Hiburan Benjamin M. dengan Walikota HM. Buchori di Taman Wisata Studi Lingkungan.
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur : Prasetya, volume V, No. 50, Februari 2013, hlm. 32-34