Mohon tunggu...
ARIF R. SALEH
ARIF R. SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jangan Kau Gadai Profesi Gurumu

24 Maret 2016   23:44 Diperbarui: 26 Maret 2016   00:29 1143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ilustrasi - gurupembaharu.com"][/caption]Sebagai pendidik yang profesional, guru memiliki tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jenjang pendidikan anak usia dini, dasar, dan menengah (UU No. 14 Tahun 2015). Disamping memiliki tugas utama, guru juga diwajibkan mengembangkan keprofesian berkelanjutan. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) adalah pengembangan kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, bertahap, berkelanjutan untuk meningkatkan profesionalitasnya (Permennegpan dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009).

Khusus kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan pada sub unsur Publikasi Ilmiah, berkaitan dengan kemampuan guru untuk menyusun dan mempublikasikan Karya Tulis Ilmiah (KTI). Kenyataannya, banyak guru merasa sulit bahkan tidak mampu menyusun KTI. Akibatnya, banyak guru yang tidak memenuhi syarat untuk Naik Pangkat. Hal ini disebabkan tidak terpenuhi syarat PKB pada sub unsur Publikasi Ilmiah yang perlu bukti fisik menyusun dan mempublikasikan KTI seperti yang dipersyaratkan pada Buku 4 Pedoman PKB dan Angka Kreditnya.

Awalnya memang sulit menyusun karya tulis ilmiah. Tiga tahun penulis pada awal bertugas. Merasakan betul memang sulit menyusun karya tulis ilmiah. Sudah sekian lomba karya tulis ilmiah penulis ikuti. Baik di tingkat lokal maupun nasional. Tak satupun masuk nominasi 10 besar. Apalagi dapat juara.

Sempat kecewa pada diri sendiri. Pada akhirnya, dari tahun 2004 hingga 2014, karya tulis ditinggalkan. Fokus pada tugas utama mendidik dan mengajar siswa. Bukannya merasa terbebas dari beban. Pikiran selalu dihinggapi penasaran. Mengapa selalu gagal menyusun dan memahami karya tulis ilmiah yang benar. Hingga pada Februari 2015, melalui facebook dan kontak telepon, penulis mendapatkan satu PTK (Penelitian Tindakan Kelas)  Juara 1 Tingkat Provinsi Jawa Timur. Dari seorang teman guru dermawan ilmu.

Ibarat mendapat bongkahan emas. Lembar demi lembar PTK tersebut disimak dan analisis. Pikiran tersadar. Pantas karya tulis ilmiah yang selama ini penulis susun masih banyak salah dan kekurangan. Jangankan menyusun metode penelitian secara baik dan benar. Pemahaman tentang alur PTK sesuai pendapat Suharsimi Arikunto salah dipahami.

Perlu banyak membaca, bertanya, dan mendengar dari para teman sejawat yang sudah paham dalam menyusun karya tulis ilmiah. Siapakah mereka? Tentulah para juara karya tulis ilmiah. Para guru dan pengawas berprestasi. Karya mereka sudah teruji dan terbukti mumpuni. Tinggal bagaimana kita sebagai guru yang dituntut untuk terus belajar. Tinggalkan pikiran-pikiran sempit ketidakmampuan. Apalagi tertular virus segalanya dapat dibeli dengan uang. Tidaklah pantas bersanding dengan sebutan guru sebagai profesi.

Sebagai guru yang berkutat pada kegiatan siswa dan lingkungan kelas, fokuskan dulu pada Karya Tulis Ilmiah bentuk PTK. Kuasai sistematika, ciri utama, dasar teori, kajian ilmiah, dan penerapannya. Jika PTK sudah kita kuasai dan terbiasa kita terapkan dan susun dengan benar, barulah kita coba bentuk Karya Tulis Ilmiah untuk guru yang lain.

Guru adalah pembelajar. Sepanjang hayat haruslah tetap belajar. Perbanyak koleksi buku. Tradisikan gemar membaca. Biasakan menyusun karya tulis ilmiah sendiri. Yakinlah, meskipun secara bertahap dan perlahan, kita pasti bisa. Ini penulis buktikan, pada saat mengikuti Lomba Forum Ilmiah Guru (FIG) tahun 2015 tingkat kabupaten, dapat Juara 2. Meskipun tingkat kabupaten, cukuplah sebagai modal awal memahami lebih baik menyusun PTK. Ke depan perlu di asah dan dibiasakan untuk kepentingan syarat kenaikan pangkat maupun prestasi lebih tinggi lagi. Yang terpenting, dapat menyusun karya tulis ilmiah secara mandiri, bukan dari membeli.

Berikut kunci-kunci menyusun PTK yang penulis pahami dari berbagai sumber:

1.      Buatlah judul yang mencerminkan isi, unik sesuai kaidah yang berlaku. Rangkai judul dengan akronim, panjang judul sekitar 12 - 16 kata.  Contoh: Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Model Belajar SASA Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas VII D SMP Binangun. Yang unik di sini adalah kata SASA, akronim dari student ask student answer. 

2.      Dalam PTK mempunyai ciri utama Indikator Keberhasilan. Artinya, jika PTK yang kita susun untuk Mendeskripsikan Hasil Belajar Siswa, maka tentukan Indikator Keberhasilan Belajar Siswa baik secara individu maupun klasikal. Misalkan kita tentukan Ketuntasan Klasikal berdasarkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan mencapai nilai ≥75 sebesar ≥85%, maka apabila pada Siklus 2 Hasil Belajar Siswa yang meraih nilai ≥75 sudah tercapai bahkan melampaui ≥ 85%, berarti PTK yang kita lakukan cukup pada Siklus 2, karena permasalahan yang kita angkat sudah terjawab atau minimal tercapai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun