Sukses dengan gelaran pameran yang pertama beberapa waktu lalu, Universitas Negeri Surabaya kembali mengadakan pameran inovasi produk teknologi yang bertajuk 2nd Exhibition Innovation Product yang dilaksanakan di Atrium City of Tomorrow (Cito), Surabaya, pada Sabtu, 2 November 2024 lalu.
Pameran yang menggandeng 7 perguruan tinggi di Jawa Timur kali ini mengusung tema "Innovating Today, Building Tomorrow, Creativity, and Entrepreneurship for a Suitable Future." Berbeda dengan gelaran pameran yang pertama, pada pameran kali ini UNESA berupaya untuk memperluas skala keikutsertaan peserta pameran dengan menghadirkan 40 booth inovasi.
Salah satu inovasi produk yang menarik perhatian banyak pengunjung saat itu adalah Samsak Digital (Sadit). Samsak Digital sendiri merupakan sebuah "samsak" yang dilengkapi dengan berbagai teknologi dan sensor sehingga dapat menampilkan besar kekuatan pukulan maupun tendangan penggunanya melalui aplikasi yang terhubung dengan alat.Â
Tidak hanya itu, samsak digital juga dilengkapi dengan pengukuran waktu respon pukulan maupun tendangan. Tersedia juga backup data hasil pukulan dan tendangan yang otomatis tersimpan dalam bentuk Ms.Excel.Â
Dengan berbagai keunggulan itu, kehadiran samsak digital diharapkan dapat membantu penggunanya dalam menentukan tipe latihan yang sesuai dengan apa yang ingin dicapainya. Jika ingin melatih kecepatan responnya, maka pengguna bisa memprioritaskan jenis latihan untuk meningkatkan ketepatan dan kelincahan.
Produk Samsak Digital ini merupakan inisiasi dari kolaborasi dosen asal UNESA, yaitu Muamar Zainul Arif, S.Pd., M.Pd. sebagai ketua pengusul, serta Pradini Puspitaningayu, M.T., Ph.D. Awang Firmansyah, S.Or., M.Kes., dan Fendi Achmad, S.Pd., M.Pd. sebagai anggota tim pengusul.
Dalam mengembangkan produk tersebut, para tim pengusul bekerja sama dengan mitra CV Sarana Teknologi Industri. Di perusahaan tersebutlah samsak digital diproduksi. Uniknya, tidak hanya bekerja sama dengan mitra, mahasiswa juga ikut berperan dalam pengembangan produk ini.
Para tim pengusul mengajak mahasiswa menjadi bagian dari proses hilirisasi alat ini hingga nantinya bisa dirasakan oleh banyak lapisan masyarakat.Â
Meskipun terlihat sempurna, nyatanya samsak digital masih perlu banyak perbaikan lagi. Beberapa pengunjung yang mencoba alat ini sempat mengalami kendala ketika salah satu bagian samsak yang tidak cukup responsif dalam membaca pukulan yang dilancarkan.
Salah satu pengunjung booth sadit juga sedikit mengeluhkan integrasi alat ini yang masih mengandalkan laptop / komputer saja sebagai media penampil hasil pengukuran. Beliau menyarankan untuk mencoba mengembangkan software sadit yang berbasis android maupun IOS sehingga pengguna nantinya akan dapat lebih dimudahkan dalam mengakses alat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H