Masyarakat yang sebelumnya menilai pendidikan dan pekerjaan sebagai jalan yang layak dan terhormat untuk meningkatkan taraf hidup, kini mulai tergoda oleh kemudahan dan ketidakpastian yang ditawarkan oleh judi.
Pandangan bahwa judi bisa menjadi solusi sah untuk masalah keuangan berpotensi menciptakan generasi yang kehilangan apresiasi terhadap nilai kerja keras.Â
Ketika anak-anak tumbuh di lingkungan di mana judi dianggap normal atau bahkan didukung, mereka mungkin tidak melihat pentingnya pendidikan dan kerja keras sebagai jalan menuju kesuksesan. Generasi ini bisa berkembang dengan keyakinan bahwa cara cepat dan mudah, meskipun berisiko tinggi, adalah jalur yang sah untuk mencapai kekayaan.Â
Ini bukan hanya soal finansial; ini tentang membentuk nilai-nilai dasar yang mengarahkan kehidupan seseorang.
Lebih jauh lagi, pergeseran moralitas ini memiliki dampak yang luas terhadap etika dan nilai sosial di masyarakat. Ketika judi mulai dianggap sebagai cara yang sah untuk memperoleh uang, hal ini dapat melemahkan nilai-nilai sosial yang sehat, seperti kejujuran dan tanggung jawab. Padahal, nilai-nilai ini merupakan pondasi bagi interaksi sosial yang sehat.Â
Selain itu, normalisasi judi online juga bisa menimbulkan efek domino yang lebih luas. Ketika judi online dianggap normal, individu mungkin merasa lebih mudah untuk mengabaikan etika dalam aspek kehidupan lainnya.Â
Ini bisa menciptakan budaya di mana tindakan tidak etis dianggap sebagai sesuatu yang bisa diterima selama ada potensi keuntungan finansial.Â
Pada akhirnya, ini bisa melemahkan pondasi bersosial dan menciptakan lingkungan di mana individu merasa kurang terikat pada nilai-nilai yang mendasari kehidupan bermasyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H