Sebagai contoh, banyak platform pinjaman online menawarkan bunga harian yang terlihat kecil, tetapi jika dihitung secara tahunan, bunga tersebut bisa mencapai puluhan hingga ratusan persen. Ini membuat pinjaman online menjadi solusi yang merugikan untuk kebutuhan darurat.
Selain itu, ketergantungan pada pinjaman online dapat menyebabkan siklus utang yang sulit dihentikan. Ketika seseorang menggunakan pinjaman untuk menutupi kebutuhan darurat dan kemudian kesulitan membayar, mereka mungkin akan terpaksa mengambil pinjaman lain untuk melunasi utang sebelumnya. Siklus ini bisa berujung pada beban finansial yang semakin berat.
Menghadapi realitas bahwa pinjaman online telah menjadi bagian dari kehidupan finansial banyak orang, perlu adanya pendekatan yang seimbang. Pengawasan ketat dan regulasi yang jelas dari pemerintah terhadap penyedia layanan pinjaman online dapat membantu melindungi konsumen dari praktik yang merugikan.
Di sisi lain, masyarakat juga perlu didorong untuk membangun kebiasaan finansial yang lebih sehat. Ini termasuk disiplin menabung, membuat perencanaan anggaran pribadi maupun keluarga, dan menghindari gaya hidup konsumtif yang berlebihan.
Dengan demikian, pinjaman online dapat ditempatkan pada peran yang semestinya, yaitu sebagai solusi jangka pendek yang digunakan dengan bijak dan bukan sebagai sumber utama dana darurat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H