kisah ini tentang seseorang yang sering merasa diri nya bodoh. ada seorang anak yang bercita-cita ingin menjadi orang sukses namun sekolah pun ia tak sungguh-sungguh. disaat memasuki bangku sekolah dasar membaca pun ia belum bisa, menulis pun masih belajar, kerjaannya hanya bermain dengan teman-temannya. hingga terkadang para tetangga dan saudara-saudara nya menegurnya untuk terus belajar membaca agar naik kelas yang lebih tinggi. hari demi hari berlalu, tahun demi tahun berganti, anak itu telah selesai menamatkan sekolah dasarnya dengan nilai ujian yang sangat begitu randah. dengan nilai yang seadanya orang tua nya pun gelisah karena sang anak tersebut tidak di terima di sekolah-sekolah negeri.Â
Akhirnya sang orang tua memasukkannya ke dalam pesantren. alasan orang tua anak tersebut memasukkan ke pesantren karena melihat anak nya yang hanya bermain terus dengan teman-temannya dan tidak mau bersungguh-sungguh dalam belajar. padahal sang orang tua menginginkan anak tersebut menjadi Pelaut seperti ayah nya. dengan berat hati anak yang nakal, tidak pintar, jarang belajar dan manja itu pergi meninggalkan kampung halaman, kota kecil tempat ia lahir, dan kedua orang tua nya untuk pergi merantau ke pulau seberang.Â
memasuki kehidupan di pesantren anak tersebut benar-benar kaget dengan kehidupan di pesantren, kehidupan dimana banyak aturan-aturan yang harus di jalankan, patuh terhadap kyai dan para ustadhz. di pesantern ia harus terus mengikuti sholat 5 waktu berjamaan  di masjid, harus tepat waktu berangkat ke kelas, harus bisa membagi waktu antara urusan diri sendiri dan urusan orang lain.
Hal yang paling berat ia rasakan saat harus bisa berbicara menggunakan bahasa arab/inggris, dimana kedua bahasa tersebut merupakan bahasa yang sangat-sangat asing baginya, apalagi bahasa arab. sedangkan semua pelajaran yang ada di sekolah menggunakan bahasa arab inggris, selain itu semua mata pelajaran tersebut harus di hafalkan dan di setorkan ke ustadhz. suatu hal yang sangat-sangat berat baginya, hingga ia selalu putus asa, karena tak bisa sehebat teman-teman lainnya yang lebih mudah belajar dan menghafal dibanding dirinya. satu tahun berlalu, sudah satu tahun ia ada di pesantren dan waktunya ia liburan ke kampung halamannya. saat pengumuman kenaikan kelas tiba di rumah, ia mendapatkan surat bahwa ia tak naik kelas ke kelas selanjutnya.
Betapa hancurnya dirinya saat membaca surat tersebut, ia merasa bahwa ia bukan anak yang berguna, anak yang bodoh, anak yang tak bisa berbuat apa-apa, dan ia merasa ia tak bisa menjadi anak yang membanggakan ke dua orang tua nya. setelah meminta maaf ke kedua orang tua nya akibat kelakuan ia di pesantren yang tak benar-benar dalam belajar dan membuat ia menjadi tak naik kelas. ia pun meminta doa restu untuk terus melanjutkan sekolah di pesantern tersebut dengan niat yang baru. niat yang benar-benar untuk menuntut ilmu agama dan ilmu umum karena Allah.Â
7 tahun berlalu, anak tersebut benar-benar mati-matian untuk belajar. mengejar target, hafalan tiap pagi hingga malam, tidur dikala lelah, mengaji, mendalami ilmu agama maupun umum, akhirnya sang anak tersebut lulus dari pesantren tersebut. setelah lulus dari pesantren ia hanya memiliki ijazah pesantren, untuk bisa meneruskan ke perguruan tinggi negeri ia harus mengikuti ujian-ujian lainnya. dengan perjuangan yang berat ia pun mengikuti ujian-ujian untuk masuk ke salah satu perguruan tinggi negeri, tapi tak ada satu perguruan tinggi negeri yang menerimanya. gagal, gagal dan gagal lagi. itu yang ia rasakan.
Cita-cita dokter yang ingin ia raih pun musnah. setelah berhenti satu tahun ia pun mendalami bahasa inggris di salah satu kampung inggris di Jawa Timur. sang orang tua anak tersebut menyarankan ia untuk lanjut ke salah satu akademi kelautan, karna memang impian ke dua orang tuanya agar sang anak tersebut menjadi seorang pelaut. setelah mengikuti serangkaian pendaftaran, ujian, baik fisik dan non fisik, akhirnya anak tersebut di terima di akademi kelautan. setelah berada di asrama selama 3 tahun, sang anak tersebut harus mengikuti praktik di perkapalan selama 1 tahun.
Setelah mengikuti praktik selama setahun barulah sang anak tersebut di nyatakan lulus dari akademi kelautan tersebut. dan saat ini ia telah menjadi seorang pelaut sekaligus seorang ustadhz kebanggaan ayah ibu dan keluarganya. ia yang dahulu merasa bodoh, merasa gagal, merasa tak pantas, saat ini telah selesai mengarungi lautan yang luas dengan goncangan ombak yang dasyat dengan armada kepalnya.Â
dahulu ia yang merasa paling bodoh jika dibandingkan teman-temannya setelah melewati drama kehidupannya ia pun paham bahwa baginya tak ada orang yang bodoh, tak ada orang yang gagal, tak ada orang yang tak pantas hidup. setelah melewati lika-liku kehidupan, ia paham bahwa untuk menjadi sukses butuh usaha dan kerja keras. tak ada orang sukses tanpa usaha dan kerja keras. jatuh bangun, sakit sumbuh, lelah istirahat, gagal mulai lagi, itu kekuatannya asal tidak berhenti sebelum sampai garis finish.Â
Bersungguh-sungguhlah dan jangan bermala-malas dan jangan pula lengah, karena penyesalan itu bagi orang yang bermalas-malas.
semangat para pejuang kesuksesan :)