Mohon tunggu...
Arrifki GiansyahJarkasih
Arrifki GiansyahJarkasih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ekonomi Syariah

Jangan lupa belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengembangkan Bisnis Minuman di Masa Pandemi

18 November 2021   18:00 Diperbarui: 18 November 2021   18:03 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DI tengah pandemi Covid-19, ada saja peluang kerja yang bisa dimanfaatkan agar kegiatan usaha tetap berjalan, bahkan berkembang. Pola pikir yang eksploratif jadi kunci agar kegiatan usaha berlanjut di tengah krisis.

Pandemi Covid-19 telah melumpuhkan kegiatan ekonomi, terutama yang terdampak kebijakan pembatasan sosial untuk mencegah penyebaran virus korona jenis baru. Namun, di tengah kondisi seperti ini, ada saja peluang usaha baru yang bisa dimanfaatkan agar kegiatan usaha tetap berjalan dan berkembang.

Prayit, 23 misalnya yang memaksimalkan potensi yang dimilikinya dan menjadi keahliannya dengan berjualan beraneka minuman secara online/daring dan offline. 

“Saya memanfaatkan peluang dengan menjual beraneka minuman segar terutama di saat musim kemarau panjang. Ada berbagai variasi seperti es buah, boba,  dan cappucino,”tuturnya.

Dalam segi pemasaran secara online, ia memanfaatkan media sosial seperti WhatsApp, Facebook, dan Instagram. Sedangkan secara offline ia mendirikan stand minuman di samping jalan raya. Minuman dengan aneka variasi tersebut dijual dengan harga Rp. 7.000 sampai Rp. 10.000 per cup. Dari penjualan minumannya, dia bisa mendapatkan laba bersih mulai dari Rp. 1 juta sampai Rp. 1,5 juta perbulan. 

Hal ini menunjukkan bahwa  peluang usaha minuman yang dipasarkan melalui online maupun offline cukup menjanjikan. Walaupun keuntungan lebih besar didapatkan secara online. Data dari Parama Indonesia, salah satu lembaga yang membantu perusahaan startup berkembang menyatakan, sektor kuliner Indonesia tumbuh rata-rata 7% hingga 14% per tahun dalam lima tahun terakhir.

Deputi Akses Permodalan Bekraf Fadjar Hutomo mengungkapkan, meskipun kuliner bukan usaha baru, tetapi dalam metode penjualan yang dilakukan secara daring membuat bisnis kuliner memberikan kontribusi terbesar untuk sektor ekonomi. Karena itu, bisnis tersebut memberikan lapangan pekerjaan baru.

Dari 16 sektor, ada tiga sektor yang menyumbang 30% untuk perekonomian kreatif, yakni kuliner, mode, dan kerajinan. Kuliner memberi sumbangsih hingga 34%.

"Karena tingkat pendapatan perkapita naik dan tumbuh, jadi peluang gaya hidup akan ikut naik. Meski bukan peluang bisnis baru, tetapi dengan metode pemasaran yang baru melalui media sosial bisnis ini akan selalu diminati. Selain itu tenaga kerja di dalamnya juga banyak," tegas Fadjar.

Usaha di bidang kuliner bisa menjadi lapangan pekerjaan baru walaupun dengan modal Rp1 juta atau bahkan kurang, karena jenis usaha ini akan selalu dicari dan menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat serta berpeluang mencatat keuntungan lumayan besar. Untuk memulai usaha ini, harus dipastikan betul minuman yang dijual benar-benar sesuai dengan selera konsumen dan tren masa kini. 

Hal senada juga diungkapkan perencana keuangan Aidil Akbar. Ia mengungkapkan, ada beberapa usaha baru yang memiliki modal sedikit namun berpotensi cukup tinggi dan bisa menjadi lapangan kerja baru. Pertama, makanan sehari-hari atau lauk pauk yang memiliki daya tahan lama, seperti makanan kering, cemilan, dan sambal-sambalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun