“Ah sabar sabar. Aku harus bersabar sampai kapan? Keburu kiamat masak aku belum punya pacar?”
“Ya kan kata pak Ustad masih ada hari setelah hari kiamat. Mungkin kamu akan dapat pacar dihari itu bro hehehehe”.
“Wah Beni kurang ajar lo benar-benar sama sahabat sendiri juga. Teman lagi galau bukan dihibur malah diledekin.”
Lagian kamu galau ngomong masih bisa canda. Emang kamu tahu kari kiamat kapan?”
“Ya nggak sih. Tapi aku gak sabar pengen punya kekasih. Masak jalannya sama kamu mulu. Ntar dikira homo lagi sama orang-orang desa.”
Beni tertawa terbahak-bahak dan akhirnya Billy bisa ikut tersenyum meski malu-malu.
Beni dan Billy berjalan menyusuri desa tempat mereka tinggal. Tak jauh melangkah Billi melihat pohon rambutan yang tepat berada di depan pekarangan rumah warga setempat. Buahnya memerah sangat lebat. Tiba-tiba Billy pengen makan rambutan.
“Ben rambutan enak tu kayaknya. Manjat yuk”
“Eh gila lo itu punya orang bukan punya nenek lo”
“Gak papa de, sekali-sekali nyolong. Mumpung sepi, aku panjat kamu tungguin dibawah ya. Kalau ada orang kasi kode”.
Billy langsung memanjat pohon rambutan itu dan memetik buahnya. Belum sempat diberikan ke Beni, terdengar suara anjing menggonggong keluar dari rumah. Beni pun langsung lari terbirit-birit tak mengiraukan Billy yang masih ada di atas pohon rambutan. Anjing itu mengejar Beni. Beni berteriak minta tolong namun anjing tersebut tak terhalang dan akhirnya menggigit betis Beni. Beni pun terjatuh. Tangan dan lututnya terbentur di aspal hingga mengeluarkan darah.