Mohon tunggu...
Arrie Boediman La Ede
Arrie Boediman La Ede Mohon Tunggu... Arsitek - : wisdom is earth

| pesyair sontoloyo di titik nol |

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuan Pengendali Badai di Titik Nol

21 Oktober 2020   21:05 Diperbarui: 21 Oktober 2020   22:36 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - (Foto. Dokpri)

ibu sejati

ia bukanlah seorang sarjana.
hanya seorang perempuan dusun
tamatan sekolah rakyat

keahliannya, cuma bisa menjahit;
merajut, memasak
dan mengajarkan alif ba ta

kerana keahliannya
anak-anaknya bisa makan minum
bisa bayar biaya sekolah

ia adalah ibuku
ia melahirkan, meninabobokan
memeliharaku hingga bisa berdiri tegak

ia selalu mendongengkan cerita
tentang keberanian dan
ketangguhan laki-laki

ia ibuku
ia ibu sejati bagiku dan adik-adikku
bagi hidup dan kehidupanku

sajadahnya menembus langit

kupanggil dia ibu
kulihat surga yang maha di telapak kakinya

dia perempuan
yang terdekat dengan hidupku

dia cahaya bagiku
di tempat yang maha gelap

ketika ayahku wafat
aku dan tiga orang adikku dirangkulnya

saat ibuku menangis, sedih
kulihat malaikat di kiri kanannya

saat ibuku berdo'a
kulihat sajadahnya menembus langit ketujuh

ibu yang termulia

takada perempuan termulia: selain ia
kasih sayang dan cintanya mengalir
bak air bening
yang mengaliri sungai di swargaloka

ketika ibu pergi

ibu, katamu aku tak boleh menangis
sebagaimana yang pernah kau ajarkan kepadaku:
"jangan pernah menangisi kematian;
jika engkau ingin menangis;
tangisilah kehidupan"

ibu, bagaimana mungkin
aku tak boleh sedih dan menangis
sedangkan hati ini terasa perih;
kepergianmu adalah duka tiada tara
duka yang membelah hati

ia perempuan pengendali badai

ibu, urusan dunia ini serasa tak berarti apa-apa
kerana, takada lagi tempat berbagi cinta
tiada lagi rumah bagi hati yang rindu
tiada pernah lagi kudengar nasehat bijakmu
pun, pencapaian hidup hari ini terasa sia-sia

ibu, yang paling kuingat tentangmu
adalah kekuatanmu membesarkan anak-anakmu;
jerih payah dan do'a-do'amu tak sia-sia
do'a di antara badai kehidupan yang pahit
do'a di antara deru dan deraan ke-papa-an yang nyata

lima tahun lebih lima bulan
bukanlah waktu yang singkat untuk mengenang kepergianmu
diri yang hina ini tak mau jadi anak durhaka ibu
hanya kerana mengabaikan cinta kasih yang maha
cinta kasih seorang ibu sang perempuan pengendali badai di titik nol

: Al Fatihah

sumurserambisentul, 21 oktober 2020
arrie boediman la ede

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun