ibu sejati
ia bukanlah seorang sarjana.
hanya seorang perempuan dusun
tamatan sekolah rakyat
keahliannya, cuma bisa menjahit;
merajut, memasak
dan mengajarkan alif ba ta
kerana keahliannya
anak-anaknya bisa makan minum
bisa bayar biaya sekolah
ia adalah ibuku
ia melahirkan, meninabobokan
memeliharaku hingga bisa berdiri tegak
ia selalu mendongengkan cerita
tentang keberanian dan
ketangguhan laki-laki
ia ibuku
ia ibu sejati bagiku dan adik-adikku
bagi hidup dan kehidupanku
sajadahnya menembus langit
kupanggil dia ibu
kulihat surga yang maha di telapak kakinya
dia perempuan
yang terdekat dengan hidupku
dia cahaya bagiku
di tempat yang maha gelap
ketika ayahku wafat
aku dan tiga orang adikku dirangkulnya
saat ibuku menangis, sedih
kulihat malaikat di kiri kanannya
saat ibuku berdo'a
kulihat sajadahnya menembus langit ketujuh
ibu yang termulia
takada perempuan termulia: selain ia
kasih sayang dan cintanya mengalir
bak air bening
yang mengaliri sungai di swargaloka
ketika ibu pergi
ibu, katamu aku tak boleh menangis
sebagaimana yang pernah kau ajarkan kepadaku:
"jangan pernah menangisi kematian;
jika engkau ingin menangis;
tangisilah kehidupan"
ibu, bagaimana mungkin
aku tak boleh sedih dan menangis
sedangkan hati ini terasa perih;
kepergianmu adalah duka tiada tara
duka yang membelah hati
ia perempuan pengendali badai
ibu, urusan dunia ini serasa tak berarti apa-apa
kerana, takada lagi tempat berbagi cinta
tiada lagi rumah bagi hati yang rindu
tiada pernah lagi kudengar nasehat bijakmu
pun, pencapaian hidup hari ini terasa sia-sia
ibu, yang paling kuingat tentangmu
adalah kekuatanmu membesarkan anak-anakmu;
jerih payah dan do'a-do'amu tak sia-sia
do'a di antara badai kehidupan yang pahit
do'a di antara deru dan deraan ke-papa-an yang nyata
lima tahun lebih lima bulan
bukanlah waktu yang singkat untuk mengenang kepergianmu
diri yang hina ini tak mau jadi anak durhaka ibu
hanya kerana mengabaikan cinta kasih yang maha
cinta kasih seorang ibu sang perempuan pengendali badai di titik nol
sumurserambisentul, 21 oktober 2020
arrie boediman la ede
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H