Mohon tunggu...
Arrie Boediman La Ede
Arrie Boediman La Ede Mohon Tunggu... Arsitek - : wisdom is earth

| pesyair sontoloyo di titik nol |

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kepada Tujuh Bunga Bangsa di Titik Nol

1 Oktober 2020   17:15 Diperbarui: 1 Oktober 2020   19:46 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (Foto: dok. Pribadi)

pada sebuah pelataran dingin
aku berdiri ngungun
aku berkhalwat
kududukkan hati pada tempatnya
sebagaimana tatakramaku
penghargaanku, penghormatanku
di semesta jiwa, semesta raga

di pelataran yang maha
kurendahkan qalb-ku
di antara diorama-diorama
tujuh lelaki teragung
lelaki-lelaki penjaga kedaulatan
untuk sebuah kehormatan
keselamatan bangsa

pada sebuah ruang
di pelataran itu
aku termangu: kaku, kelu
di antara jejak-jejak kelam
jejak yang terpahat dalam-dalam
yang berkisah tentang keperihan
kepiluan-kepiluan di 1 oktober

duhai tujuh bunga bangsa
yang gugur di lembah seribu duka
duka yang telah menguak tabir kelam, gelap
tabir yang membeberkan aib yang maha
di antara kegetiran getaran tujuh sukma;
dari pelataran yang semakin dingin ini, kubertanya kepadamu:
masih saktikah Pancasila di titik nol?

sumurserambisentul, 01 oktober 2020
arrie boediman la ede

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun