pernahkah engkau menyempatkan diri untuk sekadar mengingat-ingat bayang-bayang di tubuhmu, di tubuh kita
ketika malam itu kita menanggalkan beribu-ribu ikatan benang yang tak berwarna pada titah-titah tetabuhan yang menetes di tilam kita?
sesungguhnya tak ingin kuberkata lebih dari yang engkau inginkan
bahwa kisah ini sejatinya akan berakhir jika memang ingin diakhiri
akan tetapi, selain dari harapan-harapan kita tidak sedang berbicara tentang takdir bukan?
lalu, kenapa mesti ragu menetaskan bulir-bulir kehidupan yang memang telah lama tersemai pada padang-padang pengembaraan batin kita?
: wahai perawan malamku,
semoga engkau tak pernah ragu mencatatkan kisah ini pada perjalanan dalam diam direlung-relung hari-harimu;
agar engkau semakin paham bahwa begitu memang seharusnya kisah kata jiwa, kata makna
sebagaimana ketika aku mengisahkan tentang jiwamu yang bening
.......
narasi ini sengaja kupaparkan di sini agar engkau baca
bahwa betapa di ruang yang maha ini tidak pernah cukup mampu menampung ungkapan rasa hati yang rindu dengan waktu
waktu yang pergi meningggalkan diamku
sumur serambi sentul, 29/04/2017
©arrie boediman la ede
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H