[caption caption="ill - reemnp.com"][/caption]
aku, berdiri dalam jiwa
berjalan di waktu
memungut-mungut bayang-bayang
pada jejak yang tak terhitung
sampai kapan?Â
kau, tak perlu gamang
kerana jaman baru saja di mulai
mari kita coba urai benang kusut ini
: dari ujung mana dan pada hitungan ke-berapa kita mulai?
terserah?!Â
baiklah, kau mungkin perlu diam beberapa saat
sebab, sedang kuhitung buku-buku jari ini
agar tak lupa bahwa ada aksara dan angka tak hingga
yang sering melompat-lompat, jungkir balik
dari kotak-kotak di ruang bisuÂ
selanjutnya?
silahkan berkhayal; bahwa kau merasa besar
sebesar kecurigaanmu atas nama kekuasaan halusinasimu
atau barangkali menganggap perlu memenangkan keanehan cara berfikirmu
di-tipis-nya jarak di antara logika yang kering, mubadzir dan moksaÂ
: apa lacur; inikah ilusi? atau delusi? ataukah paranoia?Â
jiwamu,
jiwaku,
atau mungkin jiwa kita, sedang sakit
namun, tidaklah sesakit rasa dicaci maki, dinistakan Â
yang lebih sering terasa semakin memendam dendamÂ
bahwa, kita sedang berada diperhitungan waktu
waktu yang selalu menikam, merajam
lalu, perlukah kita urai dan menghitung dari awal lagi?
agar tikaman dan rajaman waktu makin terasa
tak peduli jika akhirnya jiwapun harus terlepas dari raga
mungkin, kita perlu bersepakat kembali
atau setidaknya berdamai dengan diri
agar semakin jernih memahami a, i, u, e, o arah mata angin
bahwa diperjalanan banyak persimpangan yang mesti dilalui
agar bisa paham bahwa dipersimpanganpun masih bisa tersesat
begitukah semestinya hidup?
fakta kehidupan? atau harapan-harapan?
bahwa hidup memang sedang bermain-main pada porosnya
namun, tidaklah sebagaimana sedang menghamba pada alam khayal
dan atau mempertuhankan tuduhan-tuduhan palsu
â– sumur serambi sentul, 01/04/2016 â–
■©2016-arrie boediman la ede â–