[caption caption="ill - zozi.com"][/caption]ini tentang puisi yang terpenjara dalam bilik kata-kata
penjara yang berpintu; namun, tak berjendela, tak berventilasi
di sana, di ruang sunyi. sekian puluh, ratus hingga ribuan puisi dipenjarakan
hanya bisa mengurai kata-kata dikesenyapan yang kusam, pengap
mengabaikan logika di dalam bilik sempit yang sesungguhnya tak sempit
: bukankah rasa sempit itu cuma soal kata rasa?
puisi-puisi, mengerang-erang padu dalam ratapan-ratapan
menambah perih puisi yang terjerembab, luka
terluka oleh imajinasi dan intuisi yang terpasung di dalam biliknya
bilik yang nyaris tak berlampu pada ubun-ubunnya, akal sehatnya
bebaskan puisi!
bebaskan!
puisi bukanlah sekadar retorika iluminasi yang hanya membutuhkan cahaya-cahaya palsu
bukan pula sekadar tarian ilusi yang di-main-kan atas nama kejumawaan tuan pedagogi
lalu?
â– sumur serambi sentul, 13/03/2016 â–
■©2016-arrie boediman la ede â–
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H