[caption caption="il - regional.kompas.com"][/caption]mak parmi namanya
cuma tukang sapu
di pekarangan masjid kampung sebelah
anaknya tiga
laki-laki, putus sekolah
hanya bisa jualan nasi uduk
setiap jum'at siang
alif ba ta diejanya terbata-bata
agar semakin khusyuk menjalani takdir, katanya
mak parmi tak pernah pandai mengadu
atau sekadar berkata "aduh!"
walau hidupnya teraduk-aduk
sore ini, di pinggir jalan kampung
mak parmi terduduk lunglai
buah hatinya terkena de be de
matanya nanar membaca resep dokter
kerana, harga obat tak terjangkau
: sabarlah mak!
bahwa bersabar adalah do'a tertinggi
yang tidak membutuhkan be pe je es
yang semakin tidak berpihak
: mak parmi oh mak parmi!
di negeri para tuan ini,
orang sepertimu memang dilarang sakit
kerana dianggap beban terberat bagi negara
â– sumur serambi sentul, 05/03/2016 â–
■©2016-arrie boediman la ede â–
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H