[caption caption="ill. bahaiteachings.org"][/caption]pada sebuah tikungan
sesungguhnya ingin berhenti sejenak
sekadar melupakan perjalanan yang mungkin letih
pun, tak ingin mengingat apa-apa
baik yang tertulis ataupun yang terucap
pada ngarai-ngarai
jiwa menukik pada tikungan-tikungan
jiwa mengering oleh waktu yang berjalan mundur
sesungguhnya berapa lama lagi jiwa ini sampai ketujuan?
sementara senja semakin merapatkan dirinya
pada tikungan berikutnya
inikah perjalanan impian itu?
kenapa mesti sedemikian rumitnya?
sedangkan padang-padang sabana semakin terpapar
tak berbatas, tak berpagar, tak menunggu musim berganti
pada kaki langit, bergumam
duhai cipta yang mencengkeram dunia khayalku
sedang berada dimanakah hati?
bukankah yang akan terjadi hanya sebatas angan-angan?
padahal perjalanan ini tak tahu kapan berhentinya, dimana perhentiannya
pada tikungan yang semakin tak terhitung
kutambahkan catatan-catatan kaki pada guratan jari
tak bermaksud merubah nasib
tak berharap ini menjadi suatu hal yang galib
bahkan untuk sesuatu yang mutlak sekalipun
pada rahasia hati
tak ingin menguakkan dirinya
tentang apa makna dari peristiwa-peristiwa
tentang sesuatu yang entah ada, entah tiada
agar hati tak tersesat pada tikungan berikutnya
sumur serambi sentul, 20/01/2016
©2016-arrie boediman la ede
------------------------------------------
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H