gug-gug!
gug, gug, gug, belegug!
saling gonggong, menggonggong
gonggong songong, gonggong sange
gong-gong,
membahana, gong, gong!
geng-geng,
melenceng, geng, geng!
gong, gila gong
geng, golek geng
gong ditabuh
geng bersetubuh
gug-gug!
para gug-gug bercanda
rame-rame bergaya ala blekok
pada pesta-pesta transaksi setengah kamar
semakin menggila, semakin sangar
di antara onggokan tulang belulang
semakin rakus, semakin lapar
di antara tumpukan ulat-ulat pemakan daging
gonggong genggong di mulut, ditiup-tiup
bibir-bibir bergincu, dimonyongkan
mulut-mulut menganga, berdecap-decap
lidah-lidah tak bertulang, gugat menggugat, menyulur-nyulur, menjulur-julur
gug! gug!
saling sikut, saling sikat
gong! gong!
saling cakar, saling makan
lupa keluarga
lupa etika
lupa moral
kerana agama hanya sekadar stempel kesaksian di ka te pe semata;
serambi sentul, 27/01/2014
©2014-arrie boediman la ede
---------------------------------------
catatan,
ketika negara memanjakan partai-partai di antara luka derita rakyat yang semakin menganga, ketika negara menganggap perlu mencuci uang rakyat atas nama honor saksi-saksi di tps-tps;
sedang berada dimanakah politik etis Indonesia?
jawabnya sederhana saja, "sedang berada pada simpul-simpul dan puting-puting transaksi dagang sapi di pasar ikan!"hm, sekali waktu (mungkin) kita mesti belajar menggonggong dan melolong lebih keras lagi
agar jika diperlukan kita bisa saling menggonggong, saling makan memakan
sebagaimana partai-partai yang mengatasnamakan saksi-saksi, atas nama rakyat, atas nama demokrasibah!
-------------------------------
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H