Semestinya, hal-hal semacam ini tidak perlu terjadi jika mindset para Taruna ini diubah. Kebanyakan dari mereka justru tanpa sadar terdoktrin perbuatan masa lalu yang mungkin pernah dilakukan senior mereka. Sehingga, ada rasa ingin balas dendam yang muncul pada diri mereka, setelah melihat juniornya yang baru.
Kekerasan Jangan Diwariskan
Melihat rentetan kasus tersebut, sudah semestinya pihak terkait, apakah itu pihak kampus STIP bahkan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi harus segera turun tangan.
Jika kasus seperti ini terus dibiarkan, maka kedepan akan terulang kembali. Pihak terkait perlu memberi penegasan, bahwa pendidikan Taruna ini bukan ajang anggar jago, apalagi anggar kuat.
Pendidikan Taruna adalah wadah tempat menimba ilmu, agar para peserta didik ini bisa sukses berkarir setelah lulus dari tempatnya belajar. Yang paling terpenting perlu ditegaskan, bahwa setiap Taruna tidak boleh lagi melakukan cara-cara kekerasan dalam pendidikannya.
Sebab, kekerasan ini tidak patut diwariskan. Sebagai mahasiswa, sudah sepatutnya 'mengharamkan' tindak kekerasan dalam proses pendidikan. Jika mahasiswa melakukan aksi bar-bar di lingkungan pendidikan, lantas apa bedanya mahasiswa dengan preman jalanan yang tak mengenyam pendidikan? Kalaupun mau saling menonjolkan diri, maka tonjolkanlah kemampuan dalam bentuk ide dan gagasan. Bukan lantas menonjolkan kekerasan, yang justru merusak citra pendidikan di Indonesia.
Jangan Sia-siakan Perjuangan Orangtua
Pesan terakhir yang penulis ingin sampaikan, janganlah menyia-nyiakan perjuangan orangtua dalam hal pendidikan. Orangtua sudah bersusah payah mencari uang agar anak-anaknya bisa mendapatkan pendidikan yang layak.
Setiap orangtua pastinya ingin sekali melihat anak-anaknya berhasil dan jauh lebih baik kehidupannya dari dirinya yang sekarang. Namun, jika Anda masih melakukan tindakan-tindakan konyol semacam ini, maka perjuangan orangtua dalam menyekolahkan Anda akan sia-sia belaka.
Jadilah orang yang berguna. Jangan jadi pembunuh yang meyusahkan orangtua dan orang lain. Sebab, siapapun pasti akan sedih ketika tahu anaknya masuk penjara karena membunuh, atau sedih karena melihat anaknya mati saat menimba ilmu pendidikan.(ray)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H