Mohon tunggu...
Array Nuur
Array Nuur Mohon Tunggu... -

krusuk-krusuk... pletuukkk... ketimprang..... bledugg.... jedoorrrr.... hapooowww.... cleebbb.... deziiiigggg... deziiiiggg..... tuuuuuuiiiiiingggg... duaaarrr.... 2654042D

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rindu Itu Koma: Kisah Kecil Epilepsi #Stadium 3 Empat Puluh Tiga

16 Oktober 2013   14:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:28 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Sebetulnya Koma labih memilih bertahan di penjara. Dia ingin menghabiskan seluruh sisa umurnya di rumah tahanan saja, baik masih dengan status sebagai napi atau seorang yang bebas bisa tinggal di penjara, entah bantu-bantu urusan penjara, bersih-bersih, atau melakukan apa saja yang bisa dikerjakan di lingkungan penjara. Koma sangat menginginkan tetap bertahan. Tapi antipati hampir seluruh penghuni tak menyisakan tempat untuk dia di penjara itu. Alasan utama, karena epilepsi itu menjelma teror yang tak mengizinkannya untuk tinggal lebih lama di penjara dengan status tahanan atau status apa pun. Alasan paling ideal memilih bertahan di penjara karena dia tak ingin orang-orang di luar penjara tahu epilepsinya. Koma tak ingin orang-orang mencemooh dia karena epilepsi. Dan, di penjara itu, dia sudah terlampau nyaman terbebas dari belitan keberuntungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun