Mohon tunggu...
Array Nuur
Array Nuur Mohon Tunggu... -

krusuk-krusuk... pletuukkk... ketimprang..... bledugg.... jedoorrrr.... hapooowww.... cleebbb.... deziiiigggg... deziiiiggg..... tuuuuuuiiiiiingggg... duaaarrr.... 2654042D

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kisah Kecil Epilepsi: Bukan Kisah Kecil Semata

13 Februari 2014   15:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:51 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rindu Itu Koma "bisa jadi" sebuah novel biografi yang diangkat dari kisah nyata seorang da'i muda yang bergelar Ustadz Ayan. Buku ini sendiri mengusung tema mengenai penyakit epilepsi. Sebagian orang mengganggap epilepsi sebagai sebuah kutukan. Padahal jika dilihat dari pendekatan si penderita yang tergambar dari sosok Koma, kutukan yang sebenarnya itu bukanlah epilepsinya, melainkan anggapan atau pandangan masyarakat terhadap penyakitnya. Inilah salah satu hal yang disampaikan dalam novel ini.

Setidaknya ada empat hal yang 'terbaca' dari keseluruhan cerita dalam kisah hidup Koma:

1.      Tentang cinta dan dua sisi wanita. Cinta Koma kepada seorang gadis bernama Rindu lah yang mengubah pemikiran dan kehidupannya. Di sini cinta diperlihatkan sebagai sebuah kekuatan ajaib yang mampu mengarahkan seseorang menjadi lebih baik. Tetapi pada peristiwa lain yang berkaitan dengan sosok wanita bernama Puspa, cinta pula lah yang menghancurkan hidup koma. Begitu pula yang terjadi dengan Asih.

2.      Tentang kerja keras dan kesungguhan. Perjalanan hidup Koma memang tidaklah mudah, apalagi dengan penyakit epilepsi yang dideritanya. Kerja keras dan kesungguhan itulah yang menjadi kunci suksesnya dalam mengejar cinta dan cita-cita.

3.      Tentang spiritualitas. Pesantren dan sosok Kyai Mastur bagaikan gambaran surga dan malaikat bagi kehidupan Koma. Sebab, dari sanalah kematangan pemikirannya berawal. Dan, di sana lah Koma menemukan jalan pulang.

4.      Tentang sosok ibu yang kehadiran maupun ketidakhadirannya menjadi pengaruh terbesar bagi hidup seseorang, tidak terkecuali Koma. Pada awalnya kisah tentang Asih terputus begitu saja ketika Koma diculik. Sehingga moment tersebut menciptakan transisi tokoh sentral dalam cerita yang tadinya dipegang oleh Asih kemudian berganti menjadi Koma. Namun, tanpa disadari ketiadaan sosok Asih lah yang paling mempengaruhi alur kehidupan Koma.  Sehingga Asih pula lah yang menutup kisah Koma menjadi sempurna.

Memang dua sub bab pada stadium terakhir buku ini merupakan bagian  terbaiknya. Seolah lika-liku hidup koma adalah sungai-sungai dan bab terakhir itulah yang menjadi muaranya. Di sanalah sebagian besar pertanyaan tentang Koma terjawab. Selain itu ada juga sub bab lain yang cukup menarik seperti perdebatan yang terjadi antara hati dan otak Koma ketika ia galau untuk meraih cintanya. Dialog-dialog yang terjadi dalam novel ini selain memuat pemikiran yang mendalam, namun banyak juga dihiasi dialog-dialog ringan yang mampu mencipta lengkungan senyum bahkan tawa diwajah pembaca. Walaupun, kisahnya terkesan padat dan terpenggal-penggal, namun saat membaca kita akan tetap terbawa dalam aliran suka duka Koma. sedih dan bahagia, manisnya cinta, pahitnya hidup, haru biru dan, canda begitu terasa. Sehingga salah jika penulis menyebut ini sebagai sebuah Kisah Kecil Epilepsi semata, karena buku ini memuat banyak hal besar mengenai nilai-nilai kehidupan.

Ditulis oleh seorang sahabat : Eneng Susanti

Sumber : http://enengsusanti.blogspot.com/2014/02/bukan-kisah-kecil-semata.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun