Mohon tunggu...
Abdurrahman Ar-rasya
Abdurrahman Ar-rasya Mohon Tunggu... -

Menulis Adalah Ekspresi Jujur, tanpa Topeng dan merupakan karya sederhana dalam berbagi segala hal yang bisa kita tulis.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Matematika Dasar Ala 'Irfan Radit'

14 Agustus 2015   18:39 Diperbarui: 14 Agustus 2015   18:39 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

"Belajar Matematika dengan media butiran rempah cengkeh, alhamdulillah anak-anak antusias.. Suka cita atas keramahan alam cibunian yang masih terjaga dengan baik." (Tulis Irfan di laman media sosialnya).

Bagi anak yang usia sekolah dasar, belajar sambil bermain tentu akan memberikan dampak psikologi belajar yang baik, selain hal unik dan menarik bahkan akan sangat menyenangkan. Begitu juga yang dirasakan oleh para siswa sekolah dasar daerah Cibunian Kab. Bogor, irfan salah satu guru disekolah tersebut dan sahabat terdekat penulis merupakan sosok yang bisa memberikan kegembiraan kepada anak-anak ketika mengajar, beliau selalu mengajak anak untuk tidak selalu melakukan pembelajaran didalam kelas tapi juga belajar bersama alam. Dan memang terlihat antusias anak ketika melakukan hitungan dengan media rempah-rempah, irfan pun sebagai guru tidak nampak seperti mengajari melainkan sedang mengamati. Sehingga yang lebih banyak berperan aktif adalah anak bukan guru.

Irfan disuianya yang masih muda, aktifis kampus di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Jawa Barat (IMM), kuliah di kampus STKIP Muhammadiyah Bogor Jurusan Sastra Bahasa Indonesia nampaknya memahami betul sisi sastra dalam pemelajaran, seni mengajar dan pembelajaran menjadi bagian yang tidak lepas dari kehidupannya, bahkan dikampungnya aktif mengajar drama, irfan sudah mengabdi menjadi guru selama bertahun-tahun, beliau juga berusaha menciptakan pembelajaran berbasis alam nan sejuk serta menarik, dimana media pembelajarannya adalah hal-hal yang berbau alam, terlebih pelajaran matematika, yang kadang jujur penulis sendiri untuk bisa dan faham serta pandai menghitung sangat sulit, terlebih jika sudah berhubungan dengan yang namanya matematika, ditambah lagi media pembelajaran selalu dikelas padahal usia anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar tentu proses pembelajarannyapun harus benar-benar dirasakan menarik dan menggembirakan, sehingga efeknya akan memberikan persepsi bahwa belajar menghitung dan mencintai lingkungan itu sangat menyenangkan tidak hanya menggunakan media elektronik. Menjadikan anak-anak yang mempunyai karakter hebat yang akan terus tumbuh dan berkembang. Irfan punya cara tersendiri agar anak senang dengan matematika. Beliau memberikan pelajaran berhitung dengan mengajak anak untuk memahami matematika lewat media tumbuhan, hewan dan daun serta ranting pohon. Bahkan pembelajaran lain pun dilakukannya sama yakni berbaur dengan alam.

Beliau memahami betul bahwa mengajarkan anak-anak yang masih senang dengan kehidupan 'bebas' agar senang dengan pelajaran tidak selalu dan melulu duduk dikelas, apalagi seorang anak yang usianya masih sekolah dasar tentu membutuhkan metode pengajaran yang bisa membuatnya senang bergembira bahkan merasa bahwa sedang tidak belajar tapi pada hakikatnya belajar.

Dan pada akhirnya si anak akan lebih mudah memahami pelajaran dengan berbaur bersama alam nan indah. Daerah pegunungan atau pedalaman memang selalu memberikan inspirasi dan hal-hal unik. Karena bagaimanapun guru yang bertugas mencerdaskan kehidupan bangsa di daerah yang masih jauh dari kata 'modern' fasilitas serba ada dan lainnya akan terus berupaya agar anak-anak selalu cinta dengan pendidikan dan mau membangun desanya.

Hijau pengusir galau..
Senyum anak-anak pengobat rasa penat.
Sepoi angin membuat enjoy.
Nyanyian burung meminimalisir rasa berkabung.
Indahnya alam membuatku merasa nyaman.
(Irfan).

Tugas guru-guru daerah pedalaman tentu menemukan tantangan yang sangat besar, disaat anak-anak masih terus termotivasi untuk belajar disitulah peran guru sangat dibutuhkan. Dan kitapun mengenal dengan baik tokoh-tokoh bangsa banyak yang berasal dari tempat-tempat pedesaan dan pegunungan yang memiliki semangat belajar yang tinggi walau terkadang fasilitasnya sangat sederhana padahal "Fasilitas Adalah Nyawanya Aktifitas".

Jangan tanya berapa gaji yang diterimanya, bahkan gajinya kadang dibayar dengan beras dan makanan khas desa, karena gaji seorang guru apalagi honor khususnya sekolah dasar/ madrasah ibtidaiyah yang satu guru bisa mengajarkan hampir semua mata pelajaran sangat jauh dari kata cukup dan sejahtera bahkan gaji satu bulan tidak akan mampu menutupi ongkos ojeg dengan jarak yang sangat jauh serta jalan yang terjal.

Bahkan beliau pernah berujar, mengajar didaerah pegunungan taruhannya adalah nyawa dengan medan yang berkelok-kelok, gaji sebulan sangat jauh dari ongkos ojeg selama satu bulan bahkan tidak jarang beliau selalu mencari pinjaman agar bisa terus mengajar dengan anak-anak sekolah dasar cibunian karena kecintaannya terhadap anak-anak didiknya, siapa lagi yang mau mengajar disana dengan akses yang minim bahkan gaji sering kali tidak dibayar?.

Dalam hal ini memang pemerintah seperti pilih kasih, guru honor bekerja lebih dari 24 jam bahkan mengajar lebih banyak dibanding yang sudah PNS, tapi kesejahteraannya sangat jauh dan bahkan termasuk kategori tidak layak. Pemerintan harus mampu memberikan hak-hak yang layak (keseimbangan) untuk para guru honorrer terlebih yang mengajar didaerah pedalaman, karena bagaimanapun jasa guru honor dalam rangka mencerdaskan anak bangsa khususnya disekolah-sekolah pelosok tidak cukup dengan ucapan 'Terimakasih Pahlawan Tanpa Tanda Jasa". Dan pada akhirnya kita akan banyak berterimakasih pada guru-guru, berkat perjuangan mereka kita sudah banyak menjadi orang yang jauh lebih sukses, tapi guru kita hanya akan terus menjadi guru. Guru kita yang telah mengajarkan kita bahwa menjadi guru bukan lagi soal tanggungjawab tapi juga soal keikhlasan tanpa tanda jasa. Benteng terakhir penanaman nilai-nilai tentang kejujuran dan keikhlasan. Dan penulis yakin, akan banyak irfan yang lain yang sudah tidak banyak terlihat kemuliaanya dipandangan kita.

 

"Sungguh beruntung kau Nak bisa bergelayutan diatas dahan pohon dan beralaskan rerumputan yang hijau laksana permadani, bapak yakin paru-parumu sehat dan kuat karna sekolah kita belum terkontaminasi polusi kendaraan dan asap-asap pabrik" Ayo siapa yang mau mengajar di Babakan? Dijamin sehat secara fisik, psikologi dan spiritual." (Irfan Radit).

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun